Ahad 23 Feb 2014 16:00 WIB

KPU Masih Analisa Tingginya Angka Golput

Red: Hazliansyah
Golput
Golput

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Maluku Utara (Malut), menyatakan tingginya angka golput di pilkada Malut bukan kurangnya sosialiasi yang semata-mata dilakukan KPU setempat. Namun juga minimnya kesadaran masyarakat dalam menyalurkan hak pilihnya.

"Kami yakin minimnya kesadaran masyarakat di berbagai kabupaten/kota untuk memilih karena dipicu oleh kandidat yang mereka unggulkan tak lolos di putaran kedua dan sebagian masyarakat jenuh dengan berbagai aksi provokatif saat pilkada," kata Ketua Bawaslu Malut, Sultan Alwan di Ternate, Ahad.

Ia mengatakan, sejauh ini Bawaslu Malut masih menganalisa mengenai tingginya angka golput di hampir semua kabupaten/kota yang mencapai 55 persen. Jika ada pihak tertentu yang mencoba menghalang-halangi masyarakat untuk memilih, maka Bawaslu akan memprosesnya.

Dirinya juga menyayangkan tingginya angka golput, karena hak suara masyarakat di pilkada Malut putaran kedua ternyata tak dimanfaatkan oleh pemilih yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).

"Sebenarnya suara yang disalurkan di TPS sangat berharga untuk menentuka pemimpin di Malut lima tahun mendatang, tetapi tak dimanfaatkan oleh sebagian pemilih," katanya.

Menurut dia, partisipasi masyarakat Malut menggunakan hak pilihnya pada pilkada putaran pertama hanya 60 persen lebih dan pilkada putaran kedua hanya mencapai di atas 70 persen, bahkan target di atas 90 persen seperti pada pilkada Malut 2007 tak terealisasi.

Partai politik pengusung calon gubernur/wakil gubernur juga harus proaktif mendorong masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada pilkada putaran kedua nanti.

"Satu hal yang menjadi perhatian KPU adalah para pendukung pasangan cagub/cawagub yang tidak lolos, tak mau lagi menggunakan hak pilihnya pada putaran kedua, sehingga pemilih lebih memilih golput," ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya berharap agar KPU Malut dan parpol untuk terus meningkatnya sosialisasi ke masyarakat mengenai pentingnya menyalurkan hak suaranya pada pemilu legislative 9 April 2014, sehingga bisa menekan tingginya golput seperti yang terjadi pada pilkada lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement