REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Aljazair masih belum menangani secara terbuka terkait sistem kepemimpinan negaranya selama hampir tiga tahun ini. Kehadiran sosok Presiden Aljazair keempat nantinya itu, akan ditunggu-tunggu rakyat dalam pemilihan umum pada April mendatang.
Nama Abdelaziz Bouteflika muncul kembali pada proses pemilu Aljazair dua bulan mendatang itu. Akan tetapi, dikutip dari BBC News Sabtu (22/2), sejumlah kritikus menyatakan, Bouteflika masih mengalami kondisi yang tak baik untuk memerintah. Pria berusia 76 tahun itu menderita stroke sejak tahun lalu.
Adapun pencalonan Bouteflika itu diumumkan oleh Perdana Menteri Aljazair, Abdelmalek Sellal.
‘’Meski dia (Bouteflika) belum sepenuhnya pulih secara fisik, namun saya mampu meyakinkan kalian bahwa dia tetap dalam keadaan mental dan intelektualitasnya yang utuh,’’ kata Sellal.
Aljazair memiliki wilayah terbesar bila dibandingkan dengan negara Afrika lainnya. Negara ini kaya akan minyak dan gasnya. Sejarah mencatat, di bawah kepemimpinan Presiden Bouteflika, Aljazair telah menjadi sekutu Amerika Serikat.
Bouteflika, presiden yang berkuasa sejak 1999 itu, merupakan salah satu veteran yang masih hidup hingga kini yang terlibat dalam perang kemerdekaan melawan Perancis.
Bouteflika sangat dipuji para pendukungnya atas langkah kepemimpinannya membatasi gerakan pemberontak brutal oleh para ekstremis Islam. Ia juga dipuji atas kebijakannya dalam memulihkan stabilitas ekonomi Aljazair.
Namun, kini ia harus dihadapkan pada kenyataan akan kondisi kesehatannya yang tak lagi prima. Anggota kepemerintahannya pun diduga terlibat praktik korupsi.