Senin 24 Feb 2014 15:36 WIB

Jokowi Tidak Tahu Penggelembungan Harga Tiang Monorel

Jokowi
Foto: Republika/Prayogi
Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pihaknya tidak ikut campur dan mengetahui permasalahan dugaan "mark up" harga tiang pancang monorel yang dilakukan oleh PT Adhi Karya.

"Saya ga tahu saya ga ngikutin, itu urusan bisnis to bisnis, nanti dikira saya intervensi," ujar Joko Widodo di Balai Kota, Jakarta, Senin.

Menurut dia, penggelembungan harga tiang pancang monorel oleh PT Adhi Karya merupakan urusan antara PT Jakarta Monorail dengan PT Adhi Karya dan itu bukan urusan Pemprov.

"Ya ga tau, itu b to b lah, urusan Jakarta Monorail dan Adhi Karya, sudah di cek BPKP," ujar dia.

Ia mengatakan adanya kasus dugaan penggelembungan harga tiang pancang monorel akan memperlama proses pembangunan moda transportasi tersebut.

Ia meminta kepada kedua pihak tersebut untuk berhati-hati terhadap harga tiang pancang tersebut agar tidak ada yang keliru nantinya.

"Ya memang harus hati-hati, jangan cepet-cepet nanti keliru, yang dikejar-kejar saya," ujar dia.

Sebelumnya Komisaris Utama PT Jakarta Monorail Edward Suryadjaya menuding pihak PT Adhi Karya selaku pemilik tiang pancang monorel, membuat perhitungan yang tidak masuk akal dengan harga total tiang-tiang itu mencapai Rp193 miliar.

"Lalu dikatakan ada stasiunnya, pernah enggak ada stasiun monorel? Dalam penilaian mereka juga ada stasiun, itu nilainya Rp53 miliar. Itu kan enggak mungkin kita bayar. Jadi ada penggelembungan dong," ujar Edward Suryadjaya.

PT Adhi Karya mengklaim harga Rp193 miliar berdasarkan hasil studi Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Namun, menurut perhitungan yang dilakukan PT JM, tiang-tiang pancang yang mangkrak hanya sekitar Rp130 miliar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement