Jumat 28 Feb 2014 08:52 WIB

Menyingkap Misteri Lauh al-Mahfudz (5)

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Jatuhnya batu meteor raksasa ke orbit bumi merupakan peristiwa ketentuan-Nya (qadha). Sedangkan, bagaimana detail dan berapa banyak debu dan puing-puing pecahan batu meteor merupakan qadar-Nya.

Jatuhnya beberapa gelas dari meja ke lantai pasti diketahui banyak orang akan mengakibatkan pecahnya gelas-gelas itu, tapi tak seorang pun yang bisa menghitung berapa pecahan masing-masing gelas itu.

Peristiwa jatuhnya beberapa gelas ke lantai dan mengakibatkan pecahnya gelas-gelas itu adalah qadha. Tetapi, berapa jumlah pecahan masing-masing gelas merupakan wilayah qadr. Dengan demikian, wilayah qadr jauh lebih rumit dari wilayah qadha. Peristiwa qadha dan qadar kedua-duanya tercatat di dalam Lauh al-Mahfuzh.

Dalam artikel terdahulu diungkapkan berbagai pendapat ulama tasawuf tentang Lauh al-Mahfuzh. Ada yang mengatakan Lauh al-Mahfuzh tidak tunggal, melainkan ada beberapa dan bertingkat-tingkat.

Al-Majlisi mendukung  pendapat Ibnu Abbas yang mengatakan ada dua macam lembaran (lauhain), yaitu lembaran yang terpelihara (Lauh al-Mahfuzh) yang paling agung dan tidak tersentuh dengan perubahan dan lembaran yang mengalami perubahan (Lauh al-Mahwu) yang masing memungkinkan adanya perubahan.

Sedangkan, al-Kasyani mengatakan ada empat lembaran (al-alwah), sebagaimana dikutip Murata, yaitu lembaran yang mencatat tentang ketentuan permanen (qadha), lembaran takaran atau ukuran (qadr), lembaran “langit dunia”, dan lembaran materi yang menerima bentuk-bentuk dari dunia nyata secara visual.

Alquran sendiri menggunakan beberapa bentuk jamak (alwah), seperti: "Dan telah Kami tuliskan untuk Musa dalam lembaran-lembaran (al-awah) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik." (QS. al-A'raaf [7]:145).

Ar-Razi berpendapat Lauh al-Mahfuzh hanya satu, tetapi lembaran-lembaran lain yang derajatnya di bawah Lauh al-Mahfuzh masih banyak. Kata “wama yasthurun” dalam QS al-Qalam (68):1 yang menggunakan bentuk jamak bukan berarti di sana banyak Lauh Mahfuzh, tetapi hanya untuk keagungan (li al-ta'dhim).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

(QS. Al-Baqarah ayat 177)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement