Sabtu 01 Mar 2014 17:07 WIB

KH Luthfi Fathullah: Rasulullah Suri Teladan (2-habis)

Ilustrasi
Foto: 4shared.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW adalah teladan yang mulia. Umat Islam wajib mengikuti jejak keteladanan tersebut. Sayangnya, kecintaan terhadap sosok Muhammad perlahan tergeser.

Menurut pendiri sekaligus pimpinan Pusat Kajian Hadis Jakarta KH DR Luthfi Fathullah, pergeseran itu terjadi akibat serangan materialisme dan hedonisme yang menjangkit umat.

Berikut lanjutan perbincangan wartawan Republika Erdy Nasrul dengan pakar dan dosen hadis di sejumlah perguruan tinggi tersebut.    

Keteladanan umat terhadap Rasul kian tergeser, mengapa?

Sekali lagi, akhirat tertutup dengan kemewahan dunia. Akhirnya masyarakat lebih senang dengan kemewahan tersebut. Lupa akan kematian. Tidak menyadari ada kehidupan setelah kematian. Secara hadis dan kasat mata, seperti begitu keadaannya.

Nabi Muhammad merupakan seorang yang amat sopan bertutur kata, jujur, tidak pernah berdusta, serta luhur budi pekertinya. Hal inilah yang membuat kita mengagumi Nabi Muhammad.

Selain itu, Rasulullah dikagumi banyak orang di seluruh pelosok dunia karena keperibadiannya. Michael H Hart di dalam bukunya, The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, ia meletakkan Rasulullah   sebagai manusia paling berpengaruh di kalangan 100 orang manusia paling berpengaruh di dalam sejarah dunia.

Fakta ini menunjukkan Rasulullah bukan orang sembarangan. Dia adalah figur pembangun peradaban dunia. Bermula dari Islam, kemudian dia melalui ajaran Islam meletakkan dasar-dasar peradaban. Setelah itu, umat Islam melahirkan peradaban Islam yang aspek-aspeknya memengaruhi peradaban kita saat ini.

Rasulullah mempunyai perilaku dan akhlak yang sangat mulia terhadap sesama manusia, khususnya terhadap umatnya tanpa membedakan atau memandang seseorang dari status sosial, warna kulit, suku bangsa, atau golongan.

Beliau selalu berbuat baik kepada siapa saja, bahkan kepada orang jahat atau orang yang tidak baik kepadanya. Dalam Alquran, beliau disebut sebagai manusia yang memiliki akhlak yang paling agung.

Bagaimana agar sosok Rasul 'senantiasa hidup' di tengah-tengah kita?

Gampangnya, kemarin di Istiqlal saya ceramah, mengintip keindahan surga lewat jendela hadis-hadis Rasulullah. Kita memang tidak kenal akhirat. Kalau sudah mengenal seperti apa, otomatis ketakwaan semakin tinggi. Semangat masuk surga makin tinggi. Jalan ke sana hanya menaati Allah dan Rasul.

Generasi muda berangsur tak mengenal Rasulullah, apa sebabnya?

Ada anggapan bahwa itu adalah hal kuno. Padahal, tidak sama sekali. Pada diri Rasulullah, bukan hanya perkataannya yang benar, malah perbuatannya juga benar, yakni sejalan dengan ucapannya. Jadi, mustahil bagi Rasulullah   itu bersifat pembohong, penipu, dan sebagainya.

Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Penduduk Makkah memberi gelaran kepada Nabi Muhammad dengan gelaran “Al-Amin” yang dimaksud “tepercaya”, jauh sebelum beliau diangkat jadi seorang Rasul. Apa pun yang beliau ucapkan, dipercayai dan diyakini penduduk Makkah.

Mustahil Rasulullah itu berlaku khianat terhadap orang yang memberinya amanah. Beliau tidak pernah menggunakan kedudukannya sebagai Rasul atau sebagai pemimpin bangsa Arab untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan keluarganya. Tetapi, yang dilakukannya adalah semata-mata untuk kepentingan Islam melalui ajaran Allah SWT.

Masih banyak lagi sifat Rasulullah yang patut diteladani sepanjang zaman. Mengenal sifat seperti itu berlaku sepanjang zaman. Generasi era apa pun harus mengetahui itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement