Oleh: Nashih Nashrullah
Bentuk berbagi kebaikan itu bermacam-macam. Dari segi suami, berusalah mengunjungi kedua orang tua.
Tradisikan memberi hadiah untuk keduanya dan biasakan memberitahukan kepada mereka bahwa hadiah tersebut adalah “titipan” atau permintaan istri Anda.
Alokasikan pendapatan Anda, bila mampu untuk kedua orang tua. Berterimakasihlah pada istri Anda atas pengertiannya untuk orang tua Anda. Laksanakan ketentuan ini juga pada orang tua dan keluarga istri Anda.
Sedangkan, bagi istri, bersikap dan berinteraksilah kepada kedua orang tua suami Anda, seperti orang tua sendiri. Bersegeralah membantu mereka bila diperlukan. Tetap menjaga etika dan lemah lembut.
Sementara, bagi ibu atau bapak mertua, bersikap dewasa penuh pengayoman. Bila muncul keburukan dari menantu, bukan dibalas dengan kejelekan serupa atau lebih besar. Tetapi, hadapilah dengan hikmah dan kebijaksanaan.
Bersikap alami dan sewajarnya, tidak perlu formalitas yang mengesankan kaku. Biarlah komunikasi dan interaksi itu mengalir. Dan, bagi mertua berlakulah adil. Jangan membedakan antara menantu satu dan lainnya.
Jika niatan, sikap, dan perbuatan baik yang Anda lakukan untuk meruta dan keluarga mereka tidak berbalas kebaikan atau bahkan acap kali responsnya negatif, bersabarlah. Kebaikan apa pun yang Anda persembahkan, selama niat tersebut baik untuk Allah SWT semata, tak satupun pahala kebajikan itu akan terkurangi.
“Sesunggunya, mereka yang beriman dan beramal saleh tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.” (QS al-Kahfi [18]: 30).
Jika tak ada ucapan terima kasih teruntai dari lisan mereka, biarlah amal Anda membekas di hati mereka. Sekalipun tak ada bekas di hati, ketahuilah kebaikan Anda tercatat sebagai amal saleh di akhirat.
Seandainya kematian menjemput mereka lebih dulu daripada Anda, setidaknya Anda telah berbuat baik dan mengabdi selama mereka hidup. Bila Anda meninggal terlebih dahulu, kebaikan Anda akan dikenang.
Perlakuan buruk yang muncul di antara dua keluarga itu, imbau Lathifah, selesaikanlah dengan arif dan bijaksana. Saling memaafkan kesalahan yang dilakukan di masa lalu. Berat memang, tetapi kata maaf itu, seperti ditegaskan di surah an-Nur ayat 21, menjadi salah satu kunci pengampunan dosa Anda.
Ayat tersebut turun, menjadi nasihat bagi Abu Bakar, kala ia bersumpah dan memutuskan tidak akan pernah memberi nafkah sepupunya, Masthah bin Atsatsah yang diduga terlibat ikut menyebarkan isu keji yang ditudingkan kepada Aisyah RA Abu Bakar pun akhirnya memaafkan Masthah dan kembali membiayai hidup sepupunya tersebut.