REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Partai Kebangkitan Bangsa menggelar tahlilan (doa untuk orang yang wafat) ke-40 hari meninggalnya Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) Kiai Sahal Mahfudz di Kantor DPP PKB, Jakarta, Selasa sore.
Tahlilan dihadiri oleh tokoh PKB dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar serta diikuti sekitar puluhan orang di DPP.
Dalam kesempatan itu, Mahfud MD mengatakan tahlilan ini selain memiliki makna ibadah, juga memiliki makna sosial politik. Sebagai orang NU, maka tahlilan merupakan salah satu ibadah untuk mendoakan mereka yang telah meninggal.
Makna sosial politiknya, menurut dia, PKB juga harus memperjuangkan tradisi tahlilan yang saat ini terdapat kelompok-kelompok yang mengecam dan berusaha melarang kegiatan tahlilan karena dinilai bid'ah.
"Tahlilan bukan bid'ah, untuk itu PKB harus memperjuangkan ini, sebagai ahlus sunah waljamaah, tahlilan merupakan ibadah berdoa dan mendokan kepada mereka yang telah meninggal," katanya.
Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar mengatakan bagi orang NU, tahlilan seperti siklus. "Dari lahir didoakan, hingga matipun masih didoakan," katanya.
Ia menambahkan PKB menyerukan kepada seluruh anggotanya untuk turut melaksanakan tahlilan hingga 100 hari kematian Kiai Sahal Mahfudz. "Kita doakan semoga diterima amal ibadahnya," katanya.
Ia mengingatkan Kyai Sahal merupakan tokoh yang unik dan luar biasa. Meskipun tidak pernah mengeyam pendidikan di Timur Tengah, namun kiai yang dikenal dengan Fiqih Sosial-nya tersebut telah menerbitkan empat kitab berbahasa Arab.
"Bahasa Arabnya juga sangat bagus," katanya.