Senin 10 Mar 2014 12:41 WIB

'Goyang Perut' Merapi Bikin Hujan Abu

Rep: Nur Aini/ Red: A.Syalaby Ichsan
Gunung Merapi terlihat saat sunrise di Dusun Gambarsari, Desa Jurangjero, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, DIY, Jumat (27/12).
Foto: ROL/Karta Raharja Ucu
Gunung Merapi terlihat saat sunrise di Dusun Gambarsari, Desa Jurangjero, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, DIY, Jumat (27/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Hujan abu tipis mengguyur wilayah lereng Gunung Merapi pada Senin (10/3) pagi. Gunung Merapi mengeluarkan asap tebal dengan ketinggian 1.500 meter. Namun, status aktivitas Gunung masih dinilai normal.

Hujan abu terjadi di Desa Umbulharjo, Kepuharjo, dan Glagaharjo di Kabupaten Sleman. Informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, hujan abu juga terjadi di Desa Sidorejo, Deles dan Balerante Kabupaten Klaten.

Hembusan asap terjadi mulai pukul 06.54 WIB dan puncaknya sampai 07.08 WIB. Kepala BPPTKG Subandriyo mengatakan, aktivitas Gunung Merapi bukan letusan freatik namun hanya hembusan.

Aktivitas tersebut dipicu gempa tektonik yang terjadi di Malang dengan kekuatan 5,4 Richter pada Ahad malam. "Kalau melihat kejadian sebelumnya pada 9 Maret, ada gempa tektonik, barangkali itu goyang perut Merapi sehingga ada pelepasan gas," ujarnya dikonfirmasi Senin. 

Hembusan asap berketinggian 1.500 meter yang condong ke barat daya. Namun, abu juga sampai ke arah timur karena dipengaruhi arah tiupan angin. Hujan abu juga bercampur uap air. 

Air yang turun bersamaan dengan hujan abu dinilai Subandriyo bukan berasal dari kawah. Abu bercampur dengan uap air dari awan. "Abu bercampur air dengan ketinggian 3.000an meter," ungkapnya. 

Aktivitas hembusan Gunung Merapi tersebut merupakan yang pertama terjadi pada 2014. Subandriyo mengatakan aktivitas tersebut sudah terjadi beberapa kali terjadi pasca erupsi 2010. Namun, aktivitas Merapi dinilai masih normal.

Warga di lereng Gunung Merapi diminta untuk tetap tenang. Namun, warga dinilai perlu tetap waspada dengan perkembangan aktivitas Merapi. "Status Merapi masih normal, belum perlu sampai ada tindak lanjut, tetapi warga harus tetap waspada," ujar Subandriyo. 

Kepala Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Suroto mengungkapkan hujan abu tipis terjadi sekitar 10 menit. Aktivitas tersebut dinilai berbeda dengan letusan freatik pada 18 November tahun lalu yang tidak menimbulkan hujan abu. "Hujan abu dibarengi rintik hujan," ungkapnya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement