Senin 10 Mar 2014 16:56 WIB

Abu Kelud Ternyata Pengaruhi Lahar Dingin Merapi

Diharapkan pada Rabu (19/2) Yogyakarta sudah bersih dari abu Kelud.
Foto: Andreas Fitri/Antara
Diharapkan pada Rabu (19/2) Yogyakarta sudah bersih dari abu Kelud.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA-- Abu erupsi Gunung Kelud yang turun di wilayah DIY khususnya di seluruh sungai yang berhulu di Gunung Merapi turut mempengaruhi potensi banjir lahar dingin di sungai tersebut.

"Kandungan abu di sungai yang berhulu di Gunung Merapi meningkat pascahujan abu Kelud. Konsentrasi abu yang lebih tinggi ini meningkatkan potensi banjir lahar dingin saat terjadi hujan deras," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandriyo di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, banjir lahar dingin di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi kerap terjadi pascaletusan 2010, namun intensitasnya turun mulai 2011 hingga 2013. Setelah wilayah DIY dan sungai berhulu di Gunung Merapi diguyur hujan abu erupsi Kelud pada pertengahan Februari dengan ketebalan sekitar tiga sentimeter, kembali terjadi banjir lahar dingin di beberapa sungai seperti Sungai Woro dan Sungai Apu.

Banjir lahar dingin di kedua sungai tersebut terjadi pada Rabu (5/3). Tidak ada korban jiwa akibat banjir itu, namun beberapa truk dan alat berat yang sedang digunakan untuk menambang pasir hanyut terbawa aliran. "Syarat terjadi aliran lahar saat hujan adalah kandungan abu mencapai lebih dari dua persen. Abu lebih mudah larut apabila tersapu air sehingga saat hujan deras terjadi aliran lahar dingin," katanya.

Lahar hujan di sungai yang berhulu di Gunung Merapi biasanya baru terjadi jika intensitas curah hujan mencapai 100 milimeter per jam, namun pascahujan abu Kelud hanya dibutuhkan intensitas hujan sekitar 50 milimeter per jam untuk menyebabkan lahar dingin.

Berdasarkan pemantauan BPPTKG, material erupsi Gunung Merapi yang masih mengendap di sungai tersisa sekitar 30 hingga 40 juta meter kubik. Hingga saat ini, status gunung api aktif tersebut masih dinyatakan aktif normal meskipun pada Senin sekitar pukul 06.54 WIB menghembuskan asap solfatara pekat setinggi 1.500 meter dan menyebabkan hujan abu tipis di Deles Klaten Jawa Tengah.

"Warga tidak perlu panik karena kejadian seperti ini wajar. Kandungan gas di Merapi cukup tinggi sehingga pelepasan gas dimungkinkan akan kerap terjadi," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement