REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekaguman warga Papua terhadap sosok Presiden Indonesia periode 1999-2001 Abdurrahman Wahid dituangkan dalam sebuah buku karangan Titus Pekei berjudul Gus Dur Guru Papua, yang diluncurkan di Jakarta, Selasa.
Direktur PT Suara Harapan Bangsa Toenggoel P. Siagian dalam peluncuran buku di Jakarta, Selasa, memuji Gus Dur sebagai orang yang berjasa besar bagi warga Papua. "Gus Dur telah mengembalikan identitas warga Papua dengan mengubah nama Irian Jaya menjadi Papua," katanya.
Selain berjasa bagi Papua, sosok unik Gus Dur yang pertama kali dikenalnya pada 1979 itu adalah orang yang cerdas dan menjunjung tinggi pluralisme. "Yang paling berkesan adalah saat Gus Dur mengakui orang Tionghoa," katanya.
Senada dengan Toenggoel, tokoh Papua, August Kafiar, mengatakan Gus Dur telah mengangkat harga diri orang Papua dengan mengakui dan mengembalikan nama Papua sebagai identitas suku bangsa yang patut dihormati.
"Gus Dur adalah pemimpin yang mampu menjembatani semua perbedaan, merangkul semua golongan dan tidak pilih kasih. Semua itu dilakukannya demi mempertahankan Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika," katanya.
August juga mengapresiasi politisi yang juga ulama Nahdlatul Ulama itu karena membentuk Kementerian Muda Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan mengangkat putra asli Papua, yaitu Manuel Kaisiepo sebagai menterinya.
"Keberaniannya menawarkan satu solusi politik yang jitu, yakni, Papua boleh minta apa saja dan akan diberi, asal tidak meminta untuk merdeka dengan memisahkan diri dari NKRI," katanya.
Charles Bonar Sirait, Caleg DPR RI dari Partai Golkar, yang ikut menjadi penulis di buku tersebut juga mengagumi sosok Gus Dur yang sangat terbuka terhadap gagasan dan pikiran rakyat.
"Gus Dur tampil berbeda dari pemimpin lainnya. Kita rindu gagasan dan celotehannya. Sulit untuk mencapai kualitas yang paripurna seperti beliau, terutama dalam pendidikan," tuturnya.