REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Setumpuk tugas sudah menunggu Muhammad Anas Effendi pascadilantik menjadi Wali Kota Jakarta Barat oleh Gubernur DKI Jakarta Jokowi Widodo, Selasa (11/3) kemarin. Satu di antaranya adalah mencari solusi lokalisasi Kali Jodo.
Selain itu, Jokowi menekankan agar Anas memberikan perhatian pada program revitalisasi Kota Tua yang saat ini sedang berjalan. Anas juga diminta mencarikan solusi bagi rumah pemotongan babi di Kapuk.
Anas dilantik di kantor Wali Kota Jakarta Barat, Jalan Kembangan Raya, Kembangan. Jokowi mengatakan, Anas layak mendapatkan kesempatan kedua. Sebab, ketika dirotasi dan ditunjuk menjadi Kepala Perpustakaan dan Arsip Daerah, ia dinilai mampu menjalankan amanah dan menunjukkan semangat memperbaiki diri. Jokowi yakin, Anas bisa memperbaiki kesalahannya pada masa lalu.
Mantan wali kota Solo itu menegaskan, bukan berarti semua pejabat yang pernah dicopot tidak akan dipercaya menduduki jabatan penting lagi. Menurutnya, orang yang pernah dicopot, kemudian dilantik lagi, biasanya akan menunjukkan perbaikan. “Jangan menghukum seumur hidup. Mesti kan ada remisi dan grasi. Biasanya kalau sudah yang kedua ini akan jauh lebih baik,” kata gubernur yang hobi blusukan ini.
Pada kesempatan itu Jokowi juga mewanti-wanti seluruh pegawai di jajaran Kota Administrasi Jakarta Barat agar benar-benar bekerja melayani masyarakat. Jika tidak, Jokowi mengancam nasib mereka akan sama dengan enam lurah camat hasil lelang yang segera dicopot lantaran hasil penilaian mereka selama menjabat buruk.
“Oleh sebab itu, dengan kepemimpinan yang baru ini, saya berharap Wali Kota Jakarta Barat dan seluruh jajaran benar-benar bekerja mengatur, mengelola, dan mengecek lapangan. Dan, hasilnya juga harus kelihatan,” kata Jokowi.
Anas pernah menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Selatan selama tiga tahun, mulai November 2011 sampai Februari 2013. Saat menjadi wali kota, dia kedapatan tertidur saat sidang paripurna di DPRD DKI Jakarta. Saat ditanya alasannya, Anas mengaku mengantuk karena habis menonton bola semalam.
Tak lama setelah peristiwa itu, ia dicopot dan dipindahkan ke Kepala Perpustakaan dan Arsip Daerah. Setelah setahun “belajar” di perpustakaan, Anas kembali dipercaya memimpin sebuah wilayah.