Kamis 13 Mar 2014 07:47 WIB

George Soros Ingatkan Inggris Tidak Cabut dari Uni Eropa

Rep: mutia ramadhani/ Red: Muhammad Hafil
George Soros (file photo)
Foto: Antara/Saptono
George Soros (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Miliarder George Soros memperingatkan Inggris atas rencananya keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Keputusan Inggris untuk keluar nantinya dinilai akan menyebabkan cabutnya banyak perusahaan asing dari negara itu.

"Saya menyerahkan sepenuhnya kepada komunitas bisnis Inggris, terutama perusahaan multinasional yang mendirikan pabrik di sini untuk masuk ke pasar umum. Apa yang bakal hilang dari Inggris? Itu adalah sektor pekerjaan," ujar Soros, dilansir dari the Guardian, Kamis (13/3).

Orang kaya dunia yang penuh spekulasi ini mengungkapkan ternyataannya itu setelah pemimpin Partai Buruh, Ed Miliband mendapat dukungan dari kelompok bisnis lokal untuk mengajukan Inggris keluar dari Uni Eropa jika oposisi memenangkan pemilihan umum kesempatan berikutnya.

Meskipun banyak desakan Inggris akan hancur jika meninggalkan Uni Eropa, Soros tetap memaparkan kekhawatirannya bahwa Eropa mungkin tidak akan bertahan sepanjang periode stagnasi ini. Itu karena Jerman yang tak mau mengalah dan akhirnya menyebabkan krisis berkepanjangan.

Soros menyampaikan idenya bahwa zona euro harus dibagi menjadi dua. Euro utara dipimpin oleh negara-negara ekonomi kuat seperti Jerman, sedangkan euro selatan dipimpin oleh negara-negara yang lemah saat krisis ekonomi seperti Prancis.

Ini akan memastikan masa depan euro tanpa memecahkah satu masalah mendasar, yaitu ada negara yang harus keluar atau tetap bergabung dengan Uni Eropa.

"Jerman kurang reaktif untuk memastikan bahwa euro bisa bertahan. Mereka tidak mau mengorbankan sedikit kedaulatan mereka untuk kebaikan bersama. Ini telah menciptakan dua kelas di Eropa," ujar Soros.

Menurut Soros, jika euro hancur, maka itu tidak akan memecahkan masalah melainkan menciptakan masalah yang lebih besar lagi. Masalah euro tidak memiliki solusi nasional. Jika ada negara yang meninggalkan euro, maka itu adalah bencana yang berarti default pada utang suatu negara. Rekayasa ekonomi dan stabilitas keuangan yang harus dilakukan mungkin bisa di luar kekuasaan pemerintah. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement