Oleh: Ani Nursalikah
Ketertarikan yang tak biasa
Pada 1974, seorang sarjana Lebanon menunjukkan salinan mikrofilm naskah ini kepada Profesor Tibor Halasi-Kun.
Profesor tersebut adalah seorang ahli bahasa Turki dan sejarah Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah di Universitas Columbia, Amerika Serikat. Halasi-Kun terkejut akan nilai historis naskah itu.
Naskah itu sendiri belum pernah keluar dari Yaman. Ia lalu membentuk tim ahli yang terdiri dari empat filologis untuk mengedit, menerjemahkan, dan menganalisis isi teks kamus. Tim menemui kesulitan karena teks seluruhnya ditulis dalam aksara Arab.
Aksara Arab jarang digunakan untuk menulis bahasa Yunani, Armenia, dan Mongolia. Para ahli juga bisa mempelajari mengenai tulisan kuno, filologi (manuskrip kuno), dan sejarah.
Halasi-Kun mengerjakan bagian Turki. Mantan muridnya, Peter B Golden, dari Universitas Rutgers, bertanggung jawab atas bagian Yunani. Keduanya juga bekerja sama menerjemahkan entri bahasa Arab dan Persia yang secara linguistik jauh lebih sulit daripada yang lain.
Bagian Mongolia dipelajari oleh akademisi Lajos Ligeti dari Universitas Budapest, Hungaria. Sedangkan, Profesor Edmond Schiitz menangani bagian Armenia. “Saya pikir (kamus) ini murni hanya sebuah hobi,” ujar Golden saat ditanya mengenai alasan al-Afdal menyusun kamus.
Golden mengatakan, al-Afdhal menyusun kosakata politik dan budaya yang menurutnya menarik pada masa itu. Pada dasarnya, ia membicarakan mengenai bahasa besar pada era itu.
Baginya, kamus yang dibuat sultan Yaman merupakan prestasi mengesankan meski para penguasa abad pertengahan memang memiliki kemampuan akademis yang luar biasa. Namun, kata Golden, ketertarikan al-Afdhal al-Abbas pada leksikografi (pembuatan kamus) tidak biasa.
Ketika penelitian terhadap kamus dimulai, terungkap naskah Rasulid Hexaglot tidak ditulis dengan tangan al-Afdhal sendiri. Yang terjadi adalah naskah adalah hasil salinan beberapa kali oleh juru salin. Tim berasumsi variasi dalam ejaan adalah kesalahan penulisan.
Asumsi itu logis. Sebagaimana juru salin moderen, juru salin hampir selalu melakukan beberapa kesalahan. Secara alami, kemungkinan kesalahan meningkat setiap kali seorang juru tulis diminta menyalin data dalam bahasa yang dia tidak tahu, terutama dalam bahasa yang tidak biasa, seperti Mongolia dan Armenia.