Kamis 20 Mar 2014 07:14 WIB

Falaj, Sang Sumber Kehidupan (3)

Salah satu Falaj di Oman.
Foto: Gulfnews.com
Salah satu Falaj di Oman.

Oleh: Ani Nursalikah

Setiap 18 sampai 137 meter, poros atau terowongan vertikal yang menyediakan akses ke falaj harus digali sehingga kotoran akibat galian bisa dibersihkan.

Sebuah poros harus digali setiap 20 atau 30 meter. Sebagian untuk menghilangkan tanah dan sebagian untuk memudahkan pemeliharaan di masa depan. Saluran harus dilapisi dengan semen yang tahan air (sarqoj) untuk mencegah erosi dan kehilangan air.

Pada abad pertengahan, para pekerja dibayar berdasarkan berat dari bahan galian. Terowongan  juga berfungsi menyediakan udara bagi pekerja yang menggali dan membersihkan saluran air. Para  pekerja menguji udara dengan menyalakan lampu minyak. Jika api berkedip dan mati, artinya lebih  banyak air diperlukan.

Bagian paling berbahaya dari melakoni pekerjaan ini adalah ketika pekerja mulai mendekati  sumber air atau tanah yang mengandung air. Air seringkali mengalir ke ruang saluran yang terbatas. Biasanya lebarnya kurang dari satu meter dan tidak terlalu tinggi.

Beberapa falaj harus benar-benar dibersihkan secara rutin setiap 30 tahun sekali. Terkadang jika air merembes karena penipisan atau terdapat lubang, falaj harus ditinggalkan dan tidak dipakai lagi. Atau bisa juga menggali sumur lebih dalam.

Karena menghabiskan biaya yang cukup mahal, biasanya seluruh masyarakat menanggung biaya ini bersama-sama. Di Oman, sebagian air yang berasal dari falaj dijual kepada masyarakat lain dan  uangnya digunakan untuk membiayai pemeliharaan.

Beberapa falaj mampu menghasilkan aliran 1.515 liter per menit atau 400 galon air. Namun,  kebanyakan hanya mampu menghasilkan  110 liter per menit atau 30 galon air.

Sayangnya, justru  ketika sangat dibutuhkan di musim kemarau, air yang dihasilkan biasanya hanya tinggal tetesan.  Sebaliknya, karena falaj selalu mengalir banyak air yang terbuang pada waktu lain.

Di desa, air didistribusikan melalui saluran terbuka bagi pengguna. Distribusi dilakukan  berdasarkan kemurnian air dan kebutuhan pengguna. Tempat di mana air didistribusikan biasanya dekat Masjid. Tempat di mana air layak minum diambil akan ditandai. Kemudian, ditutup dengan  atap dan dinding untuk mencegah tercemar air minum hewan dan air cucian.

Air didistribusikan sesuai dengan prioritas, yakni air minum dan keperluan rumah tangga.  Selanjutnya, air untuk mandi bagi laki-laki dan perempuan. Lalu, air untuk mencuci pakaian dan peralatan dapur. Terakhir, air untuk pertanian. Pohon kurma mendapat prioritas pertama kemudian sayuran.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement