REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Bangsa Indonesia membutuhkan sosok pemimpin nasional yang mampu mengatasi persoalan bangsa. Pemimpin tersebut diharapkan mempu menjaga kedaulatan negara di tengah arus globalisasi.
"Kita mencari pemimpin ideal yang mempunyai wawasan kebangsaan," kata Ketua Umum Ikatan Alumni Lemhannas RI angkatan 46 (IKAL-46) Laksamana Pertama TNI Surya Wiranto saat menjadi pembicara dalam seminar nasional yang digelar Keluarga Alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KAUMY) dengan tema "Menggagas Format Kepemimpinan Indonesia yang Ideal dalam menghadapi Tantangan Global" di kampus UMY, Jumat (21/3).
Menurut Surya, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang menyadari kondisi bangsanya sendiri di era globalisasi. Sehingga, pemimpin itu mampu menjaga kedaulatan negara. “Kondisi saat ini sumber daya alam kita masih dikuasai asing. Padahal kita ini negara berdaulat,” kata Surya.
Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KAUMY) Husni Amriyanto mengatakan mempersiapkan pemimpin yang ideal harus dimulai dari sejak dini. Yakni, dengan memperkuat landasan wawasan kebangsaan calon-calon pemimpin masa depan.
Husni melihat perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan budaya di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Bahkan, kekhawatiran itu menjadi semakin nyata ketika menyimak apa yang dialami setiap warga, yakni memudarnya wawasan kebangsaan yang ditunjukkan dengan perilaku nasionalisme yang sangat memprihatinkan.
Krisis yang dialami Indonesia ini bisa jadi sangat multidimensional dan saling mengait. Kompleksitas masalah ekonomi yang tidak kunjung henti berdampak pada krisis sosial dan politik. “Konflik horizontal dan vertikal yang terjadi dalam kehidupan sosial merupakan salah satu akibat dari semua krisis yang terjadi,” katanya.
Menurutnya, dampak krisis multi-dimensional tentunya perlu dihindari agar tidak segera memunculkan krisis kepercayan diri dan rasa hormat sebagai bangsa. Krisis kepercayaan sebagai bangsa dapat berupa keraguan terhadap kemampuan diri untuk mengatasi persoalan mendasar yang terus-menerus datang, seolah tidak ada habisnya mendera Indonesia.