REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dijadwalkan berkunjung ke museum Rumah Anne Frank di Amsterdam, Ahad (23/3), untuk menunjukkan persahabatan dengan orang Yahudi dan memperlihatkan tidak ada kontradiksi antara kunjungan itu dan kunjungannya ke kuil Yasukuni di negerinya.
Rumah Anne Frank adalah tempat menyimpan koleksi catatan harian gadis Yahudi kelahiran Jerman yang ditulis pada masa persembunyian di tempat tersebut sebelum ia dan keluarganya ditemukan dan dikirim ke kamp konsentradi Nazi hingga meninggal.
Museum tersebut sekarang menjadi salah satu tempat paling terkenal untuk mengenang korban kekejaman perang di Eropa dan memikat kunjungan jutaan wisatawan setiap tahun.
Rencana kunjungan Abe tersebut berselang kurang dari tiga bulan sejak ia berziarah ke kuil Yasukuni, yang oleh negara-negara tetangganya dianggap sebagai lambang agresi Jepang dalam masa perang, untuk memberi penghormatan kepada sejumlah orang yang sudah diakui sebagai penjahat perang serta beberapa orang lain yang gugur di medan perang.
"Dalam kunjungan ini (ke Rumah Anne Frank), kami ingin menyampaikan kembali persahabatan yang abadi dan dalam antara orang Jepang dan orang Yahudi di seluruh dunia," kata juru bicara kementerian Luar Negeri Jepang.
Ketika ditanya apakah ada perbedaan antara mengunjungi tempat peringatan bagi tentara Jepang di dalam negeri dan tempat peringatan korban perang di luar negeri, juru bicara itu mengatakan "tidak ada kontradiksi".
"Mengenali sejarah dengan cara terbuka dan mempelajari masa lalu untuk generasi mendatang adalah langkah pertama untuk mengejar perdamaian," katanya.
Abe --yang berada di Belanda untuk pertemuan Puncak G7-- akan menjadi pemimpin tertinggi yang mengunjungi Rumah Anne Frank setelah Presiden Israel Simon Peres, mantan presiden Jerman Christian Wulff dan mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan.
"Abe tampak lebih peka menghadapi kecaman Barat mengenai sikap revisionismenya ketimbang kritik dari Tiongkok atau Korea, dan secara khusus dari Masyarakat Yahudi-Amerika yang diwakili Pusat Simon Wiesenthal," kata guru besar dari Universitas Sophia, di Tokyo, Prof Koichi Nakano.
Ia menambahkan bahwa rencana kunjungan Abe ke Rumah Anne Frank agaknya mencerminkan keinginannya untuk mengirim pesan kepada pembuat kebijakan di AS ketimbang untuk yang lain.
Seorang petugas di Museum Rumah Anne Frank mengatakan, kisah catatan harian si gadis belia ini terkenal di Jepang dan lebih dari 33 ribu wisatawan Jepang mengunjungi tempat tersebut tahun lalu.
Kunjungan Abe dilakukan setelah serangkaian kejadian dalam beberapa bulan lalu, yaitu catatan harian Anne Frank di sejumlah perpustakaan di Jepang telah dirusak. Seorang tersangka telah ditahan.
Seorang pegawai pemerintah mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa tidak ada hubungan langsung antara kejadian-kejadian itu dengan kunjungan Abe, namun Abe akan membawa pesan bahwa banyak orang Jepang terluka akibat vandalisme itu.