REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Negara konsumen gas mendesak dilakukannya perubahan struktur harga gas dan LNG (liqufied natural gas). Tujuannya, agar produsen dan konsumen gas di Asia bisa mengambil keuntungan penuh di era keemasan gas saat ini.
Revolusi bisnis gas alam, kata Wakil Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan Han Jin-Hyun, terkendala dan terancam oleh tidak fleksibelnya pasar gas belakangan ini. Ini yang telah disia-siakan banyak kalangan ketika industri gas sedang booming.
"Kondisi ini memunculkan harga gas premium Asia yang mencegah negara-negara di Asia Timur dan Tenggara menikmati keuntungan penuh pengembangan baru di pasar gas," kata Han di sela pembukaan Konferensi dan Pameran Gastech di Seoul, Korea Selatan, Senin (24/3).
Akhirnya, Han berpendangan revolusi industri gas hanya menjadi sloga kosong. Ia pun mendesak adanya struktur baru dalam kerja sama jual beli gas terutama terkait dengan kontrak penjualan dan harga gas yang lebih fleksibel.
Korea merupakan negara konsumen gas alam dan LNG terbesar kedua di dunia setelah Jepang. Indonesia menjadi salah satu pemasok utama gas ke Korea Selatan dalam tiga dasawarsa terakhir ini. Gas alam ini yang kemudian mampu memajukan industri di negeri ginseng tersebut.