REPUBLIKA.CO.ID, DOHA-- Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab ke 25 akan dimulai pada Selasa (25/3), di Doha, Qatar. Namun diperkirakan pertemuan akan sulit menghasilkan kemajuan berarti, mengingat perpecahan yang terjadi diantara negara-negara anggota Liga Arab.
Televisi Aljazirah melaporkan, mengutip pernyataan Wakil Sekertaris Jenderal Liga Arab Ahmad bin Hili, ia mengatakan semua orang akan menanggap KTT akan berlangsung luar biasa. Ini menurutnya dikarenakan, konflik-konflik yang terjadi di kawasan Arab.
Meski begitu, Sekertaris Jenderal Liga Arab Nabil al-Arabi mengatakan pertemuan puncak akan fokus pada sejumlah masalah. Antara lain KTT akan membahas masalah terorisme, Suriah dan Palestina.Namun dosen senior politik Timur Tengah Universitas Exeter Omar Ashour mengatakan tipis kemungkinan akan dicapainya kesepakatan terkait isu-isu tersebut.
Menurutnya akan sangat sulit mencapai konsensus lebih dari 22 negara Arab, dibanding biasanya. "Karena saat ini sangat terpolarisasi oleh Arab Spring, antara mereka yang ingin mempertahankan status quo dan mereka yang ingin mengubahnya," kata Ashour.
Ashour melihat dunia Arab saat ini terbagi menjadi tiga koalisi. Kelompok pertama adalah mereka yang mendukung perubahan yang ditimbulkan Arab Spring. Termasuk diantaranya Tunisia, Qatar dan negara non-Arab, Turki.
Kelompok kedua menurutnya adalah mereka yang menentang kekuatan-kekuatan revolusioner Arab Sping. Uni Emirat Arab, Mesir dan Arab Saudi merupakan negara yang melihat perubahan sebagai ancaman atas stabilitas mereka.
Sementara kelompok ketiga menurut Ashour, kelompok yang tertarik melestarikan status quo mereka. Mereka anrara lain, Iran, Suriah, Irak, hingga Hizbullah Libanon. Kebijakan-kebijakan berbeda telah menyebabkan keretakan di antara negara-negara Teluk beberapa pekan terakhir.
Mereka antara lain Qatar di satu sisi dan Arab Saudi, Bahrain serta Uni Emirat Arab di sisi lain. Hal ini dikarenakan, Qatar dianggap mendukung Ikhwanul Muslimin yang dicap sebagai teroris.Menanggapi masalah tersebut, dalam pertemuan Menteri Luar Negeri Liga Arab Ahad (23/3) lalu, mereka menghindari membahas masalah keretakan tersebut.
Para menteri dalam pertemuannya di Kuwait, lebih memilih membahas mengenai draft resolusi yang akan dibahas dalam pertemuan puncak mendatang.Dilansir dari kantor berita Al-Ahram, Menteri Luar Negeri Irak Hoshyar Zebari mengatakan tak ada ketegangan apapun dalam pertemuan.
Menurutnya, tuan rumah Kuwait telah mempebaiki hubungan antara negara-negara anggota Liga Arab. Sebelumnya, sejumlah negara Teluk yang juga bergabung dalam Liga Arab seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain menarik duta besar mereka dari Qatar. Namun dalam pertemuan Ahad lalu di Kuwait, mereka menghindari pembahasan masalah tersebut.
"Subyek mengenai penarikan duta besar tidak pernah disebutkan sama sekali, tidak ada isu-isu kontroversial yang dibahas. Suasana pertemuan sangat positif," kata Zebari.