REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, intensifkan pola kerja sama antara bidan dengan paraji (dukun anak). Kerja sama ini, guna meminimalisasi kasus kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB). Pasalnya, tiga tahun terakhir kasus AKI dan AKB relatif masih tinggi.
Kasi Kesehatan Keluarga Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Purwakarta, Djaka Rahardja, menyebutkan, angka kematian ibu (AKI) pada 2011 sebanyak 29 kasus. Sedangkan, angka kematian bayi (AKB) mencapai 140 kasus. Pada 2012, AKI mengalami penurunan jadi 21 kasus.
Tetapi, AKB meningkat jadi 142 kasus. Kemudian, di 2013 kemarin, AKI turun jadi 18 kasus. AKB juga turun jadi 123 kasus. "Meskipun ada penurunan, tetap saja AKI dan AKB masih cukup tinggi," ujar Djaka, kepada Republika, Selasa (25/3).
Karena itu, pola kerja sama ini perlu di tingkankan lagi. Tentunya, kerja sama ini sistemnya saling menguntungkan. Jadi, ketika paraji dipanggil untuk menangani persalinan, maka //paraji// tersebut harus memanggil bidan. Begitu, pula sebaliknya, dalam proses persalinan bidan tidak bisa bekerja sendiri. Melainkan, harus dibantu paraji.
Tentunya, ada pembagian kerjanya. Bidan khusus menangani persalinan. Sedangkan paraji mengurusi bayi dan ibu saat masa nifas. Djaka mengaku, masih tingginya kasus AKI dan AKB ini, karena pola kemitraan bidan-paraji belum berjalan maksimal. Bahkan, kasus kematian ibu dan bayi itu mayoritas akibat persalinan di tangani paraji.
"Jadi, kematian itu disebabkan perdarahan yang hebat," ujarnya. Saat ini, lanjut Djaka, kecamatan yang telah kerja sama, yakni Purwakarta, Wanayasa dan Bungursari. Tahun ini, targetnya seluruh kecamatan sudah bisa merealisasikan pola kerja sama antara bidan dengan paraji.