REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS – Presiden Venezuela Nicolas Maduro menambahkan tiga jenderal ke dalam daftar buku hitam yang berisi penentangnya, Selasa (25/3) waktu setempat. Maduro mengumumkan pemerintah sosialisnya telah membawa tiga jenderal angkatan udara ke pengadilan militer dengan tuduhan merencanakan kudeta.
Daftar hitam Maduro dikenal berisi orang-orang yang dituduhnya berkomplot melawan dan memicu protes anti pemerintah untuk menghancurkan negara. Maduro tak menyebutkan nama tiga jenderal tersebut. Ia menuduh mereka bekerja sama dengan oposisi.
"Para jenderal yang ditahan memiliki hubungan langsung dengan sektor oposisi dan mengatakan bahwa minggu ini akan menjadi penentuan,’’ kata Maduro dikutip dari BBC.
Ia mengatakan pihak berwenang mencium aksi tersebut setelah perwira yang lebih muda, letnan kolonel disinyalir diundang untuk ikut dalam kudeta. Mereka juga sudah ditangkap pada Ahad malam.
Pengumuman ini dikemukakan pada pertemuan menteri luar negeri Amerika Selatan. Pertemuan ini diadakan untuk mengurangi konflik antara pemerintah dan oposisi yang semakin memanas. Penangkapan ini adalah perkembangan terbaru sejak kerusuhan dua bulan lalu yang menewaskan sekitar 32 orang.
Sejak memimpin tahun lalu, Maduro secara rutin ‘memasukan’ penentang-penentang yang merencanakan kudeta ke dalam daftar hitam. Ia tak ingin menyusul pendahulunya Hugo Chavez yang dikudeta hingga terguling dari jabatan Presiden pada 2002.
Baru-baru ini, Maduro menyebut gerakan protes berkembang menjadi kudeta. Ia menuduh Amerika Serikat berada dibalik serangan terhadap pemerintahannya. Amerika Serikat dituduh mendukung gerakan oposisi yang melakukan kekerasan terhadap Venezuela. Sementara, para ahli mengatakan protes justru dipicu oleh lemahnya ekonomi, inflasi dan kejahatan yang meningkat hingga menyebabkan puluhan orang tewas.