Kamis 27 Mar 2014 09:52 WIB

Titik Balik Sarah Harvard

Muslimah Amerika Serikat (ilustrasi)
Muslimah Amerika Serikat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Pratiwi

Runtuhnya Menara Kembar pada 2001, ikut meruntuhkan kepercayaan diri Sarah Harvard. Saat itu, ia berusia delapan tahun. Ia duduk di kelas tiga sekolah dasar.

Seperti anak lainnya, Sarah mencoba memahami mengapa banyak anak kehilangan ibu dan ayahnya dalam kejadian itu.

Ia tak mampu membayangkan kepedihan para korban. Namun ia juga tak  pernah bermimpi mendapatkan perlakuan tak terduga.

’’Kamu teroris,’’ kata teman baik Sarah. Mata tak berdosa sang teman berubah menjadi tatapan penuh mengancam.

Sang teman tahu Sarah pemeluk Islam dan Pemerintah AS menuding Muslim sebagai dalang kejadian itu. Sarah tak percaya hal ini menimpa dirinya.

Tahun itu bagai neraka baginya. Teman-teman Sarah menjauh. Para guru berlaku kejam. Keadaan ini membuat Sarah terkucil.

Khawatir menjadi target diskriminasi dan serangan kekerasan, keluarga Sarah mengganti nama terakhir mereka.

Harvard, jelas Sarah, terdengar akrab di telinga orang Amerika. Saat kelas enam sekolah dasar, seorang pengajar mengumpulkan semua siswa di kelas.

‘’Islam adalah agama yang buruk. Muslim di seluruh dunia membunuh orang-orang non-Muslim tak berdosa,’’ kata Sarah menirukan pernyataan si pengajar. ‘’Kitab suci mereka menyatakan anak Muslim yang baik harus membunuh anak-anak seperti kalian.’’

Sarah ingin membantahnya sebab pandangan itu tak benar. ‘’Saya ingin katakan saya tak pernah menyakiti teman-teman baik saya dan miliaran Muslim memiliki rasa cinta,’’ kata Sarah seperti dikutip laman berita Huffington Post, Ahad (23/3). Namun, ia tak punya kekuatan.

Sarah akhirnya pindah sekolah. Ia berpikir ini kesempatan untuk memulai hidup baru dan berpura-pura menjadi orang lain.

Sejak saat itu, ia sepenuhnya tak mau menyebut dirinya Muslim secara terbuka.’’Hidup dalam samaran pun dimulai.’’

Ayah Sarah pun memberikan nasihat kepada putrinya itu. Jika ada orang bertanya agama apa yang dianutnya,

Sarah diminta menjawab dia sedang dalam pencarian sebuah keyakinan. Sarah menurutinya meski harus dibayar dengan mahal.

Dengan tetap menyembunyikan identitas Muslimnya, Sarah tak memiliki teman dekat. Ia khawatir, keberadaan mereka justru bisa membuka dirinya adalah Muslimah.  Ia menuturkan, waktu kuliah, hampir saja penyamarannya terbongkar.

Kala itu, teman-temannya memesan pizza pepperoni. Seorang teman menawarkan sepotong pizza kepadanya. Namun, sarah menolaknya.

Teman itu kemudian bertanya, ’’Kamu tak makan babi. Kamu seorang Muslim?’’  Sarah panik untuk menjawab, khawatir kehilangan teman.

Beruntung pembicaraan terhenti karena karena ada mahasiswa agak mabuk berlari ke tempat mereka. Sarah mengaku, muncul perasaan dirinya pengecut karena tetap menyembunyikan identitasnya sebagai Muslimah.

Suatu hari pada 2013, Sarah berada di bus yang berhenti di depan Departemen Keamanan Dalam Negeri, Washington.

Seorang Muslimah berjilbab duduk di sebelah kanan Sarah. Ia merasa malu dan ia bergumam perempuan berjilbab ini benar-benar seorang pemberontak.

Perempuan itu, jelas Sarah, berani menentang ketidakadilan sosial dengan cara mengenakan jilbab. Menurut dia, jilbab tersebut menunjukkan cintanya kepada Islam dan Allah. ‘’Sedangkan saya, masih takut dengan identitas sendiri. Saya tak boleh begini lagi.’’

November tahun lalu, Sarah memutuskan tak lagi menyembunyikan dirinya sebagai seorang Muslimah. Ia mengaku lelah. Selama 12 tahun lamanya ia tak bisa benar-benar terlelap saat malam.

Pendiri FreeCulture dan mantan pemimpin redaksi Majalah DL itu mengatakan, sekarang bangga memiliki nama Sarah. Nama yang merujuk pada istri pertama Nabi Ibrahim dan ibu dari Ishak yang merupakan nenek moyang Yahudi.

‘’Saya merasa diberkahi karena mampu menyatakan Islam adalah agamaku, Alquran kitabku. Saya bangga berikrar dengan jelas dan keras, tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,’’ kata Sarah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement