Kamis 27 Mar 2014 16:55 WIB

Teknologi Peledak Dalam Islam (2)

Ilustrasi
Foto: Wikipedia.org
Ilustrasi

Oleh: Ani Nursalikah

Al-Rammah menulis mengenai bu buk mesiu dan penggunaannya secara ekstensif dalam bukunya. Buku itu diperkirakan ditulis antara tahun 1270 dan 1280.

Halaman depan menyatakan buku itu ditulis sebagai petunjuk dan merupakan warisan dari ayahnya, kakeknya, dan pendahulunya para ahli di bidang tersebut sejak abad ke-12.

Buku itu adalah pengetahuan yang ia kumpulkan. Buku ini berisi 107 resep membuat mesiu dan 22 resep membuat roket. Penggunaannya untuk keperluan militer dan kembang api.

Komposisi ideal mesiu peledak di zaman modern terdiri atas 75 persen potassium nitrat, 10 persen sulfur, dan 15 persen karbon. Komposisi tersebut identik dengan komposisi untuk membuat roket yang di sampaikan al-Rammah. Komposisi bu buk mesiu peledak belum diketahui di Cina dan Eropa hingga abad ke-14.

Catatam Prancis pada abad pertengahan menunjukkan tentara Muslim juga menggunakan bahan peledak dalam Perang Salib melawan tentara Keenam yang dipimpin Ludwig IV, Landgrave dari Thuringia di abad ke-13. Penemuan Muslim tersebut membuat gentar tentara Salib.

Tayyar atau roket terdiri atas 75 persen potassium nitrat, delapan persen sulfur, dan 15 persen karbon. Sedangkan untuk membuat roket dengan api digunakan campuran 74 persen potassium nitrat, 10 persen sulfur, dan 15 persen karbon.

Pada abad ke 14 saat Dinasti Mamluk berkuasa di Suriah dan Mesir atau 1340, Ibnu al- Fadlullah Umari menulis sebuah buku pegangan bagi pejabat pemerintah. Dalam bukunya ia menggambarkan senjata utama yang bisa dipakai untuk menyerang dan mempertahankan kota.

Ia menjelaskan tentang meriam yang dapat digunakan menyerang kota-kota bertembok. Meriam dikembangkan selama empat abad berbarengan dengan trebuchet (alat pelontar).

Sejarawan Salih ibn Yahya menjelaskan, pada 1342 Kota al-Karak diserang dengan lima trebuchet dan banyak meriam. Dilaporkan juga pada 1352 gubernur Damaskus meletakkan meriam di atas benteng yang dibangunnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement