REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang pelaksanaan pemilu 2014, Muhammadiyah menggelar dialog politik nasional untuk menyongsong perubahan kekuasaan. Kegiatan ini menjadi momentum untuk meneguhkan kembali peran politik organisasi masyarakat tersebut.
Selama ini, Muhammadiyah memang tidak mengajarkan ambisi politik pada anggotanya. Apalagi terlibat dalam perebutan kekuasaan. Namun, pada pelaksaannya, banyak kader Muhammadiyah yang menjadi tokoh dan negarawan dalam membangun bangsa.
Ketua LHKP PP Muhammadiyah, Imam Addaruqutni mengatakan, tanpa Muhammadiyah, bangsa ini akan merugi. Sebab, sekitar 15 juta pelajar di Indonesia menuntut ilmu di sekolah milik ormas tersebut.
"Ini saatnya Muhammadiyah menyatakan, bukti imam dan amanah untuk kemajuan Indonesia," kata Imam dalam sambutannya di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (2/4).
Kongres politik kali ini bertema Muhammadiyah Buktikan Iman dan Amanah untuk Indonesia Berkemajuan dan Bermartabat. Adanya acara ini diharap menjadi kekuatan besar yang akan mengakomodasi tekad memperbaiki Indonesia.
Kegiatan tersebut juga bertujuan menggali gagasan politik Muhammadiyah. Beberapa narasumbernya antara lain, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin, mantan ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif, dan Ketua Majelis Pertimbangan PAN, Amin Rais.
Selain itu, ada juga Zulkifli Hasan, mantan wapres Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan pengamat politik Bachtiar Efendy serta Chusnul Mariyah.