Kamis 03 Apr 2014 16:39 WIB

Al-Kindi, Jembatan Filsafat Islam dan Yunani (2)

Al-Kindi (ilustrasi).
Foto: Etsu.edu
Al-Kindi (ilustrasi).

Oleh: Ani Nursalikah

Ilmuwan Renaisans dari Italia, Geralomo Cardano (1501-1575), menganggapnya sebagai salah satu dari 12 pemikir besar di abad pertengahan.

Menurut Ibnu al-Nadim, al-Kindi telah menulis sedikitnya 260 buku, buku mengenai geometri sebanyak 22 buku, medis dan filsafat masing-masing 22 buku, sembilan buku logika, dan 12 buku fisika.

Pengaruhnya di berbagai bidang tersebut jauh melebihi ilmuwan-ilmuwan di zamannya dan bertahan selama berabad-abad. Karyanya yang masih tersisa terdapat dalam bentuk terjemahan Latin oleh Gerard dari Cremona, hanya sedikit dalam bahasa Arab.

Kaligrafer andal

Al-Kindi adalah orang yang memperkenalkan ilmu filsafat kepada penguasa Abbasiyah. Bukan itu saja, kemampuannya meliputi banyak bidang, termasuk obat-obatan, matematika, musik, astrologi, dan optik.

Di bidang yang lebih praktis ia juga menyumbangkan pikiran mengenai parfum, pedang, perhiasan, gelas, zoologi, cermin, meteorologi, dan gempa bumi.

Ia juga dikenal sebagai penulis kaligrafi yang indah. Karena keindahan tulisannya, Khalifah Mutawwakil menunjuknya sebagai penulis kaligrafi istana.

Dalam ilmu matematika, al-Kindi berperan penting memperkenalkan numerik India kepada dunia Islam dan Kristen. Dia adalah penggagas kriptanalisis. Dia menemukan sejumlah metode baru untuk memecahkan kode-kode rahasia.

Dengan keahliannya di bidang matematika dan medis, ia mampu mengembangkan skala bagi dokter sehingga mereka mampu menghitung potensi obat yang mereka gunakan.

Dia juga adalah guru bagi putra Khalifah, al-Mu'tasim. Penulis bibliografi Islam abad pertengahan, al-Qifti, mengatakan, al-Kindi sangat menguasai seni Yunani, Persia, dan Hindu. Al-Kindi menggunakan terjemahan filsafat Yunani ke bahasa Arab yang memudahkannya mempelajari tradisi Hellenistik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement