REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin (7/4) pagi menguat sebesar 39 poin menjadi Rp 11.277 dibanding sebelumnya di posisi Rp 11.316 per dolar AS.
"Dolar AS melemah terhadap mata uang rupiah paska data pekerjaan AS di luar ekspektasi pasar, sehingga memicu spekulasi tentang keberlanjutan kebijakan akomodatif bank sentral AS (the Fed)," kata Kepala Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (7/4).
Ia mengemukakan bahwa laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan Non-Farm Payrolls bulan Maret tumbuh 192 ribu pekerjaan, sedangkan ekonom memperkirakan AS menciptakan 200 ribu pekerjaan, sementara tingkat pengangguran AS stabil pada 6,7 persen.
Meski demikian, lanjut dia, dolar AS masih berpotensi untuk kembali menguat menjelang rilis hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai pengurangan stimulus (tapering off) pada pekan ini.
Sementara itu, Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan bahwa sentimen domestik masih cukup kuat untuk menjaga mata uang rupiah berada di area positif. "Data ekonomi domestik seperti inflasi yang stabil serta tren surplus pada neraca perdagangan Indonesia masih menjadi pendorong mata uang rupiah. Ada faktor domestik yang memicu mata uang rupiah menguat," ucapnya.
Ia mengemukakan bahwa secara fundamental pergerakan mata uang rupiah pada pekan ini di kisaran Rp 11.300-Rp 11.400 per dolar AS.