REPUBLIKA.CO.ID, BANGLI - Menteri ESDM Jero Wacik meresmikan tahap awal pembangunan (groundbreaking) pembangkit listrik tenaga biomassa berbahan dasar limbah bambu yang berlokasi di Desa Kayubihi, Kabupaten Bangli, Bali. "Pembangkit biomassa ini menggunakan limbah bambu sisa dari produksi kerajinan bambu yang banyak tersebar di Bangli," katanya saat peresmian di Bangli, Senin (7/4).
Ia menegaskan, pemerintah akan terus mendorong pembangunan pembangkit biomassa dan energi terbarukan lainnya, karena ramah lingkungan, meskipun berkapasitas kecil. Menurut dia, pemerintah akan menyesuaikan tarif jual listrik agar investor swasta tertarik membangun pembangkit energi terbarukan.
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana menambahkan, pembangkit biomassa di Bangli merupakan kerja sama antara investor swasta PT Charta Putra Indonesia (CPI), Pemkab Bangli, dan PT PLN (Persero). Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) jual-beli listrik dilakukan antara CPI dan PLN Distribusi Bali.
Pada Mei 2013, telah ditandatangani MoU antara Pemkab Bangli dan CPI. Pada tahap awal, kata Rida, Charta Putra bersama dengan General Electric membangun proyek percontohan (pilot project) pembangkit listrik tenaga biomassa dengan kapasitas terpasang sebesar 400 kilo Watt (kW).
Nilai investasi proyek dengan limbah bambu sebagai bahan baku itu sebesar Rp 10 miliar dan diharapkan dapat beroperasi pada September 2014. Harga jual listrik kepada PLN ditetapkan sebesar Rp 975 per kWh sesuai Permen ESDM 04/2012 tentang tarif listrik biomassa.
Penggunaan bahan baku limbah bambu pada PLT Biomassa itu, karena di Bangli tanaman bambu tumbuh dan berkembang cepat di seluruh desa dengan lahan seluas 6.034 hektare. Untuk itu, pemanfaatan bambu diharapkan dapat semakin mendorong pembangunan ekonomi masyarakat secara optimal mulai dari bagian yang bisa dikembangkan secara produktif sampai limbah yang selama ini dipandang sebagai sampah yang mengotori lingkungan.