Senin 07 Apr 2014 15:42 WIB

'Ping' dari Kotak Hitam Jadi Petunjuk Kuat Temukan MH307

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Mansyur Faqih
 Keluarga korban penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 bersitegang dengan polisi saat mereka berunjuk rasa dekat Hotel Lido di Beijing, Selasa (25/3).   (Reuters/Kim Kyung-Hoon)
Keluarga korban penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 bersitegang dengan polisi saat mereka berunjuk rasa dekat Hotel Lido di Beijing, Selasa (25/3). (Reuters/Kim Kyung-Hoon)

REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Sebuah kapal Australia yang ikut dalam operasi pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 mendeteksi sinyal yang sesuai dengan kotak hitam pesawat. Para pejabat pun mengatakan petunjuk tersebut menjadi petunjuk terkuat saat ini. 

Dilansir dari Reuters, Angkatan Laut AS towed pinger locator yang terhubung dengan kapal milik Australia Ocean Shield mendeteksi adanya sinyal di wilayah yang jaraknya 1.680 km barat laut Perth.

Lokasi tersebut diduga menjadi tempat jatuhnya MH370. "Hari ini, saya lebih optimis ketimbang sepekan yang lalu," kata Angus Houston, kepala Badan Koordinasi Pencarian Australia. 

Ia pun mengatakan puing pesawat juga masih perlu ditemukan. "Saat ini kami berada di lokasi pencarian yang telah ditentukan dengan baik, semoga kami dapat menemukan informasi yang kita butuhkan bahwa MH370 mungkin telah jatuh ke lautan ini," tambahnya.

Jika lokasi sinyal bisa lebih dipersempit, sebuah kendaraan bawah air, Bluefin 21, akan dikirimkan ke lokasi tersebut untuk menemukan puing di dasar lautan. Sehingga sinyal yang terdeteksi dapat diverifikasi. 

Houston mengatakan, lokasi pencarian tersebut memiliki kedalaman sekitar 4,5 km. Bluefin 21 juga memiliki jarak jangkauan yang sama dengan kedalaman wilayah lokasi itu. 

Kotak hitam merekam data kokpit yang bisa mengungkap misteri hilangnya MH370 yang membawa 227 penumpang dan 12 kru pesawat.

Pihak berwenang pun belum mengesampingkan masalah teknis pesawat sebagai penyebab hilangnya pesawat itu. Namun, bukti yang ada termasuk hilangnya komunikasi menunjukan pesawat tersebut dialihkan secara sengaja. 

Houston mengatakan deteksi sinyal 'ping' pertama didapatkan selama lebih dari dua jam sebelum Ocean Shield kehilangan kontak. Namun, kapal tersebut mendapatkan sinyal kembali selama sekitar 13 menit. 

"Pada situasi ini dua sinyal berbeda kembali terdengar. Hal ini konsisten dengan transmisi baik dari data rekaman penerbangan dan rekaman kokpit," lanjutnya. 

Kotak hitam yang diduga berada di dasar laut itu dilengkapi dengan locator yang dapat mengirimkan sinyal 'ping'. Sayangnya baterai kotak hitam hanya dapat bertahan selama sebulan. 

"Kami memiliki kemampuan yang terbatas jika pesawat tersebut berakhir di perairan dalam... Ini bukan akhir pencarian. Kami masih menemukan penghambat, kami bekerja keras untuk mengkonfirmasi bahwa pesawat ini memang jatuh di perairan ini," katanya. 

Alec Duncan, ahli bawah air Ilmu dan Teknologi Kelautan di Curtin University, mengatakan saat ini petunjuk tersebut kuat. Namun sayangnya tidak mungkin untuk memverifikasi jatuhnya pesawat tersebut tanpa menemukan puing pesawat. 

"Ini adalah masalah yang serius, beroperasi di bawah laut, dan berusaha mendeteksi apa pun di laut yang dalam. Namun tidak mungkin 100 persen yakin hingga puingnya benar-benar ditemukan," jelasnya.

Pencarian yang kedua tengah dilakukan di perairan tempat kapal Cina juga mendeteksi sinyal 'ping', akhir pekan kemarin. Sinyal tersebut didapatkan tak jauh dari lokasi sinyal terakhir, yakni sekitar 300 mil. 

Kapal Cina Haixun 01 juga melaporkan telah menerima sinyal dengan frekuensi 37.5 kHz dan konsisten dengan sinyal dari rekaman pesawat. Sinyal ini ditangkap dua kali, yakni pada Jumat dan Sabtu. 

Houston mengatakan penemuan Cina dan Australia ini konsisten dengan analisis data radar dan satelit. Tetapi penemuan Ocean Shield saat ini yang paling kuat. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement