REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore menguat sebesar 43 poin menjadi Rp11.273 dibanding sebelumnya Rp11.316 per dolar AS.
"Fundamental ekonomi Indonesia yang positif masih menjadi penopang mata uang rupiah," ujar Analis Bank Mandiri Renny Eka Putri di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan bahwa data yang dirilis pada awal bulan ini tercatat inflasi Maret di level 0,08 persen, serta surplus pada neraca perdagangan Indonesia Februari 785,3 juta Dolar AS. Selain itu, indeks keyakinan konsumen (IKK) periode Maret 2014 tercatat meningkat menjadi 118,2 dari 116,2 pada bulan sebelumnya.
"Dalam jangka pendek, data itu akan mendukung penguatan rupiah terhadap dolar AS," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa ekspektasi cadangan devisa Indonesia periode Maret juga diekspektasikan masih berada di atas level 100 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa itu masih cukup baik dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Dari sisi eksternal, lanjut Renny Eka Putri, belum ada sentimen yang mendukung penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia menyusul belum adanya dukungan dari data ekonomi Amerika Serikat.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar uang juga sedang mengantisipasi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini (7/4), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp11.282 dibandingkan sebelumnya (4/4) di posisi Rp11.310 per dolar AS.