Oleh: Ani Nursalikah
Kejayaan gemilang
Dalam dua tahun setelah wafat sang Nabi, kemenangan demi kemenangan membawa umat Islam ke Kaldea (Irak selatan), memberi mereka Kota Hira.
Dengan Perang Yarmuk pada 634 M, Suriah dapat dikuasai. Damaskus takluk pada 635 M, Antiokia dan Yerusalem pada 636 M, dan Kaesarea pada 638 M. Ibu Kota Kaldea, Seleucia-Ctesiphon, direbut pada 637 M.
Selain itu, Mesopotamia ditundukkan, Kota Basra dan Kufah didirikan dan sebagian Persia direbut pada 638-640 M. Mesir yang pada saat itu warganya sebagian besar beragama Kristen ditaklukkan pada 641 M. Perang Nahawand pada 642 M mengakhiri Dinasti Sassaniyah dan meletakkan Persia di bawah kekuasaan Islam.
Beberapa perlawanan muncul dari pusat-pusat peradaban Yunani, Alexandria, di Mesir dan Yerusalem di Palestina, misalnya. Namun, pada 660 M hanya 30 tahun setelah Nabi wafat, Islam menyapu kawasan seluas bekas kekaisaran Romawi.
Dari Tangier mereka menyeberang ke Spanyol pada 710 M. Mereka merebut seluruh kerajaan Goth, termasuk Toledo pada 712 M dan pada 725 M maju ke Prancis selatan. Sejak 670 M, sesekali mereka mengepung Konstantinopel. Mereka juga terus menekan ke arah timur Afghanistan dan bagian paling timur India yang dikenal sebagai Sind.
India bukannya tidak dikenal. Bahkan, sebelum berlangsung berbagai penaklukan oleh bangsa Arab, para pedagang pesisir Arab telah mengetahui pelayaran ke arah timur dari Teluk Persia yang akan membawa mereka ke muara Sungai Indus.
Benson Bobrick dalam The Caliph’s Splendor: Islam and the West in the Golden Age of Baghdad menyebutkan, pada 711 M Islam membentang di tiga benua dalam sebuah sapuan penaklukan luas yang terentang dari Samudra Atlantik hingga Sungai Indus dan dari Laut Aral hingga air terjun Nil.
“Ke manapun bangsa Arab pergi, keberanian dan kekuatan mereka dikukuhkan semangat keimanan mereka. Di bawah Islam, bangsa Arab menjadi sebuah bangsa penakluk dunia. Satu abad setelah Nabi wafat, tepian Sungai Jaxartes dan pesisir Atlantik sama-sama menggemakan Allahu Akbar,” ujarnya.