Kamis 10 Apr 2014 07:09 WIB

Pertempuran di Afrika Tengah, 30 Tewas

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Mansyur Faqih
Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan aksi mengutuk pembantaian kaum muslim di Afrika Tengah di Depan Istana Negara Jakarta, Jumat (28/2).   (Antara/ Wahyu Putro)
Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan aksi mengutuk pembantaian kaum muslim di Afrika Tengah di Depan Istana Negara Jakarta, Jumat (28/2). (Antara/ Wahyu Putro)

REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI -- Pertempuran antarmilitan di Afrika Tengah menyebabkan 30 orang tewas dan 10 lainnya terluka. Menurut aparat kepolisian, para korban tewas di kota Dekoa mayoritas merupakan warga sipil yang terkena peluru nyasar.

"Kebanyakan korban adalah warga sipil yang terkena peluru nyasar," kata sumber kepolisian.

Dilansir dari BBC, militan Kristen anti-Balaka menyerang wilayah yang diduduki pemberontak Muslim Seleka pada Selasa pagi di Dekoa, sekitar 300 km dari Bangui.

Kepolisian mengatakan, pertempuran semakin menegang ketika kelompok Seleka memanggil bala bantuan pasukan. Pertempuran ini pun berlangsung lebih dari empat jam. 

Sementara itu, duta besar AS untuk PBB mendesak dukungan lebih besar dari pasukan Afrika dan Prancis di Afrika Tengah menjelang voting perdamaian. 

Duta besar Samantha Power, yang sedang mengunjungi Afrika Tengah, mengatakan pasukan penjaga perdamaian Afrika bekerja keras untuk mengisi kekosongan setelah 850 pasukan Chad ditarik kembali. Pasukan Afrika pun kini berjaga di wilayah yang sebelumnya dijaga pasukan Chad. 

Sementara itu, saat ini terdapat enam ribu pasukan Afrika dan dua ribu pasukan Prancis di negara tersebut. Dewan Keamanan PBB akan melakukan voting penambahan jumlah pasukan dalam operasi perdamaian PBB sebanyak lima ribu orang di Afrika Tengah.

Afrika Tengah merupakan negara yang kaya akan emas, berlian, dan sumber daya alam lainnya. Namun, pertempuran selama beberapa dekade ini membuat warganya hidup dalam kemiskinan. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement