REPUBLIKA.CO.ID, JINDO-- Ratusan penumpang yang mengalami kecelakaan ferry pada Rabu (16/4) di perairan Korea Selatan (Korsel), masih hilang. Hingga kini, tim penyelamat yang diterjunkan pemerintah Korsel pun masih terus melangsungkan proses penyelamatan penumpang.
Dikutip dari Reuters, Kamis (17/4), proses pengevakuasian ratusan penumpang Ferry Sewol itu, terkendala cuaca yang kurang baik. Anggota SAR harus berjuang dengan gelombang laut dan hembusan angin yang cukup kuat.
Melihat proses penyelamatan para penumpang yang berjalan lambat, para anggota keluarga penumpang ferry itu pun kecewa. Terlebih para orangtua yang sebagian besar penumpang ferry itu adalah pelajar SMA. Para orangtua pelajar SMA asal Seoul itu menjelaskan, kini sedang dirundung rasa duka yang mendalam.
''Saya benar-benar kesal dengan pemerintah,'' kata Kwak Hyun-ok, salah satu orangtua yang putrinya merupakan satu dari sekitar 340 pelajar lainnya yang menjadi penumpang kapal. ''Tak ada arti hidup lagi tanpa putri saya,'' sambung Kwak. Ia merasa upaya penyelamatan yang dilakukan pemerintah bergerak terlalu lambat.
Sementara, pemerintah tak berhenti melakukan upaya penyelamatan yang terbaik. Sejak Ferry Sewol mengalami kecelakaan dan tenggelam, tim penyelamat terus bekerja sepanjang malam di lepas pantai barat daya Korsel itu. Transportasi penyelamat, mulai dari kapal SAR, helikopter, sampai perahu para nelayan pun dikerahkan. Bahkan tiga unit crane akan segera didatangkan ke lokasi pada Jumat.
''Kami terus bekerja. Kami telah melakukan pencarian bawah laut sebanyak lima kali, dari tengah malam sampai pagi. Namun air laut yang tak jernih dan arus yang cukup kuat menjadi hambatan besar kami,'' ujar menteri untuk Keamanan Publik Korsel, Kang Byung-kyu, dalam konferensi persnya di Seoul.
Meski bentuk penyelamatan dan penyelidikan resmi sudah diterjunkan, namun hingga saat ini masih belum ada penjelasan resmi apa penyebab tenggelamnya ferry yang berangkat dari Pelabuhan Incheon ke Pulau Jeju itu.