REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Serangan akhir pekan pesawat tak berawak menewaskan lebih dari 40 orang pasukan Alqaidah di Yaman, Ahad (20/4) waktu setempat. Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang mengoperasikan pesawat tak berawak di Yaman.
Presiden Yaman Abdrabuh Mansur Hadir mengizinkan dan melindungi penggunaannya di daerah Yaman. Kritik datang dari kelompok hak asasi manusia karena pesawat tak berawak mengancam jiwa masyarakat sipil.
Serangan pada Ahad dilakukan dengan membombardir sebuah basis pelatihan Alqaidah dengan tembakan dan rudal. Serangan ini terjadi di semenanjung arab wilayah Wadi Ghadina provinsi selatan Abyan. Seorang kepala suku yang tak disebutkan namanya mengatakan lebih dari 30 orang anggota Alqaidah tewas dan banyak lainnya luka-luka.
Abyan terletak di sebelah provinsi Shabwa dimana Alqaidah Yaman bercokol. Saksi lain membenarkan serangan dilakukan pesawat tak berawak AS. Sementara para korban dievakuasi oleh anggota jaringan Islam.
Sebelumnya pada hari Sabtu (19/4), kantor berita resmi Saba melaporkan pesawat tak berawak juga serang provinsi Baida dan menewaskan sekitar 10 orang anggota Alqaidah juga tiga orang masyarakat sipil. Tidak dirilis siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Pascaserangan, militan Alqaidah menutup tempat itu dan mengevakuasi rekannya yang tewas. Mereka yang tewas dilaporkan adalah anggota kelompok berpangkat rendah.
Amerika Serikat mengatakan serangan pesawat tak berawak merupakan bagian penting dari perang melawan terorisme. Penggunaannya memungkinkan AS tidak melanggar hukum Yaman karena tidak menggunakan pasukan darat untuk menargetkan Alqaidah. Penggunaannya di Yaman disinyalir karena negara ini adalah rumah bagi Osama Bin Laden dan merupakan basis dari semenanjung Arab.