Senin 21 Apr 2014 14:31 WIB

Hari Kartini Diperingati di Museum NTB

Zainul Majdi
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Zainul Majdi

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memperingati Hari Kartini 21 April 2014, di Museum Negeri di Mataram, Senin, guna menanamkan nilai-nilai dan semangat perjuangan R A Kartini.

Peringatan Hari Kartini itu dikemas secara kreatif yang diwarnai beragam perlombaan, seperti lomba "fashion show" dan mewarnai, lomba membaca surat Kartini dan lomba karya tulis tentang Kartini.

Selain itu, diwarnai pameran dan bazar hasil-hasil keterampilan para "pewaris" Kartini di Provinsi NTB.

Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi NTB Hj Erica Majdi, menyambat baik peran pengelola Museum Negeri NTB yang bersedia menyelenggarakan beragam kegiatan terkait peringatan Hari Kartini.

"Kita patut berbangga karena Museum Negeri NTB sadar akan tugasnya menanamkan nilai-nilai dan semangat perjuangan para pahlawan nasional kepada masyarakat, termasuk nilai dan semangat R A Kartini," ujarnya.

Istri dari Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi itu mengajak semua pihak untuk memaknai dan meneruskan perjuangan R A Kartini.

Kartini meninggalkan "warisan" berupa catatan-catatan pemikiran, serta kegemaran membaca buku-buku soal pengetahuan modern, soal emansipasi, revolusi Prancis dan novel-novel sastra modern.

Kartini juga rajin membaca koran serta majalah dari dalam dan luar negeri dengan materi sosial, politik dan kebudayaan.

Sosok Kartini melambangkan semangat seorang perempuan untuk terus belajar di tengah hambatan yang dihadapi pada masa itu seperti adat istiadat yang menilai perempuan tidak perlu terdidik karena tugas utama perempuan adalah menikah dan mengurus rumah tangga.

Kartini tidak "melawan" gagasan bahwa tugas utama perempuan adalah mengurus rumah tangga, melainkan "melawan" pembatasan perempuan mendapat pendidikan setinggi-tingginya sesuai minat dan bakatnya.

Sesuai laporan Unesco, meningkatnya tingkat pendidikan penduduk dunia antara lain karena orang tua terdidik yang memiliki anak-anak yang terdidik pula.

Survei di 56 negara menunjukkan, tingkat pendidikan ibu juga mempengaruhi tingkat pendidikan anak-anaknya.

"Pendidikan juga bisa menolong petani untuk menambah pendapatannya di luar sektor pertanian. Sampai saat ini, pendidikan menjadi skala prioritas pembangunan bagi Provinsi NTB," ujar Erica.

Pemprov NTB pun, masih akan terus menjalankan program Absano (Angka Buta Aksara Nol) dan Adono (Angka Drop Out Nol) sebagai wujud nyata kepedulian pemerintah provinsi NTB membangun pendidikan.

Diharapkan perjuangan menuntaskan permasalahan buta aksara dan putus sekolah bisa lebih dioptimalkan di masa mendatang dengan meniru semangat dan ide-ide Kartini.

"Dengan semangat Kartini, kita berharap, masyarakat NTB bisa seluruhnya terdidik sehingga mampu mewujudkan visi kita akan NTB yang beriman, berbudaya, berdaya saing dan sejahtera," ujarnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement