REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah akan menyelenggarakan Sidang Tanwir II pada 23-26 Juni 2014 di Samarinda, Kalimantan Timur, dengan mengusung tema Dakwah Pencerahan Menuju Indonesia yang Berkemajuan.
"Melalui Tanwir, Muhammadiyah membahas masalah-masalah penting terkait perkembangan organisasi dan evaluasi atas jalannya gerakan. Sidang Tanwir juga memutuskan agenda-agenda strategis bagi kemajuan dan peran Muhammadiyah dalam pergerakannya," ujar Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nasir, Rabu (23/4).
Saat ini, kata Haedar, Muhammadiyah sedang berhadapan dengan dinamika perkembangan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal. Itu sebabnya, kata dia, Sidang Tanwir II di Samarinda memiliki momentum penting dan strategis atas dua alasan.
Alasan pertama, papar Haedar, Muhammadiyah telah memasuki fase akhir dalam menuntaskan amanat Muktamar ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta menuju Muktamar ke-47 tahun 2015 di Makassar.
Alasan kedua, lanjut Haedar, Sidang Tanwir II di Samarinda memiliki keterkaitan erat dengan situasi, kondisi, dan dinamika perkembangan Indonesia pascapenyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) 2014.
Pemilu 2014, ungkap dia, merupakan momentum penting untuk memilih anggota-anggota legislatif, partai politik (parpol), serta presiden dan wakil presiden yang akan menentukan kepemimpinan bangsa dan negara lima tahun ke depan.
Di tengah berbagai masalah, tantangan, dan dinamika Indonesia yang sangat krusial dalam lima tahun ke depan, jelas Haedar, negeri ini sungguh dihadapkan pada pertaruhan yang rumit dan kompleks.
Sementara, kepemimpinan hasil Pemilu 2014, ungkap Haedar, akan menentukan bagaimana bangsa dan negara ini dikelola dan diurus secara benar.
Hal ini seiring dan sejalan dengan misi ideal dan cita-cita nasional yang diletakkan para pendiri bangsa sejak 1945.
"Para pendiri bangsa menginginkan agar Indonesia menjadi negara-bangsa (nation state) yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat," tegas Haedar.
Terkait hal ini, sambung Haedar, Muhammadiyah secara khusus memandang terdapat tuntutan penting dan strategis dalam situasi yang krusial saat ini.
Tuntutan itu, jelas dia, bagaimana menemukan kembali, merevitalisasi, dan mentransformasikan Indonesia yang Berkemajuan, sebagai gerakan masif yang dilakukan seluruh pilar pemerintah dan komponen bangsa.
Dalam konteks pemikiran Muhammadiyah, jelas Haedar, Indonesia yang Berkemajuan senapas dengan isu sentral Muhammadiyah yang dinyatakan secara resmi dalam Pemikiran Muhammadiyah Abad Kedua hasil Muktamar ke-46 (Muktamar Satu Abad) pada 2010 di Yogyakarta.
Ikon maju (progres) atau berkemajuan, tutur Haedar, tentu senapas dengan spirit, komitmen, dan cita-cita Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid sepanjang perjalanan sejarahnya.
Hal ini sudah terbukti dalam langkah nyata gerakan Muhammadiyah, lanjut Haedar, bahkan sejalan dengan cita-cita universal setiap bangsa dan negara di manapun.
Semua negara dan bangsa mencita-citakan kemajuan, ungkap dia, lengkap dengan seluruh aspek terkait, seperti keadilan, kesejahteraan, kemakmuran, dan cita-cita sejenis lainnya.
Sementara itu, Pengurus Pusat (PP) Aisyiyah akan memperingati milad satu abad Aisyiyah berdasarkan hitungan kalender Hijriah. Tepatnya, pada Juni 2014. PP Aisyiyah juga akan aktif mengikuti Sidang Tanwir II Muhammadiyah pada Juni 2014.
Ketua Umum PP Aisyiyah Noordjanah Djohantini menyatakan, organisasinya akan mengikuti Sidang Tanwir II PP Muhammadiyah dan memperingati Milad Satu Abad Aisyiyah. "Insya Allah, rangkaian kegiatan ini akan diselenggarakan awal juni 2014 mendatang," tuturnya.