Sabtu 26 Apr 2014 03:30 WIB

PBB Bahas Rekonsiliasi Palestina-Hamas

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
Bendera Palestina
Bendera Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA-- Utusan PBB dikirim untuk membahas rekonsiliasi Palestina-Hamas dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, Kamis (24/4). Utusan senior PBB mengatakan hasil kesepakatan Palestina-Hamas akan diimplementasikan dengan komitmen sebelumnya dalam perjanjian dengan Israel.

Dikutip dari UN News Center, hal ini masih didiskusikan dalam pertemuan di Ramallah antara Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Robert Serry dengan Abbas. Selama pertemuan mereka, Serry yakin bahwa perjanjian ini akan diimplementasikan dibawah kepemimpinan Abbas dan komitmen dasar PLO.

‘’Presiden Abbas menekankan bahwa komitmen dalam perjanjian PLO-Hamas termasuk di dalamnya bulir pengakuan terhadap Israel, tindakan anti kekerasan, dan patuh pada perjanjian sebelumnya,’’ katanya dalam pernyataan yang dikeluarkan koordinator khusus.

Abbas juga menegaskan komitmennya untuk melanjutkan negosiasi perdamaian dan tidak mencampurkan kekerasan dalam protes. Jika kesepakatan ini dipatuhi, Serry mengatakan PBB akan mendukung persatuan PLO-Hamas yang dimaksudkan untuk menjaga tepi barat dan Gaza tersebut.

Dalam pernyataan juga tertulis bahwa koordinator khusus menggarisbawahi pentingnya bagi para pihak untuk menahan diri dari tindakan-tindakan yang bertentangan dengan menciptakan lingkungan kondusif. Sehingga negosiasi bisa terus dilanjutkan.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan Kamis bahwa putaran perundingan damai yang dipimpin oleh AS menawarkan pembukaan untuk memajukan solusi dua negara dalam konflik. ‘’Yang penting, kepemimpinan Israel dan Palestina saling berkomitmen untuk fokus pada pembicaraan selama sembilan bulan,’’ katanya di Jenewa.

Ia mengatakan sembilan diperkirakan cukup untuk melengkapi perjanjian damai yang sebelumnya tersendat. Ia mendesak para pihak untuk menyelesaikan perjanjian dalam isu-isu dasar setelah 29 April. Jika ada salah satu yang keluar dari pembicaraan, tambahnya maka resikonya akan lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement