REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari LIPI Prof Siti Zuhro berpendapat, Akbar Tandjung berpeluang menjadi cawapres mendampingi capres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo.
"Dari empat nama yang disebut Tjahyo, dua nama mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla, menurut saya yang akan bersaing kuat. Tapi, dari rekam jejak dan pengaruh basis dukungan, Akbar lebih unggul ketimbang JK," ujar Siti Zuhro ketika ditanya soal pendamping Joko Widodo (Jokowi) seperti diungkapkan Sekjen PDIP Tjahyo Kumolo, Sabtu.
Pernyataan Tjahyo Kumolo mengenai adanya tiga skenario cawapres pendamping Jokowi makin memperjelas peta figur cawapres yang akan dipilih Ketua Umum Megawati dan Jokowi, yaitu Jusuf Kalla (JK) Ryamizard Ryacudu, Mahfud MD serta Akbar Tandjung.
Tjahjo di kediaman Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat mengungkapkan dari sejumlah nama yang masuk sebagai bakal cawapres, semuanya dibagi menjadi masing-masing dua skenario.
Pada skenario pertama, ada nama mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu. Untuk skenario kedua, ada nama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dan politisi senior Partai Golkar, Akbar Tandjung.
Namun Tjahjo tidak menyebutkan tentang skenario ketiga. Ia mengatakan bahwa figurnya dapat berasal dari kalangan sipil dan militer atau kalangan internal. "Yang penting mencari dengan cermat, tidak asal comot," ujarnya.
Siti menjelaskan, PDIP sangat berkepentingan memilih cawapres pendamping Jokowi adalah figur yang bukan saja memiliki elektabilitas dan dukungan logistik untuk memuluskan kemenangan dalam pilres Juli mendatang. Tetapi juga bagaimana pemerintahan yang dibentuk nanti efektif.
"Dalam memilih beberapa nama cawapres yang sudah diungkap itu, dua nama punya kans besar, yakni Akbar dan JK," katanya.
Nama JK sangat populer dan sempat disebut yang paling mungkin. Tapi JK, kata Siti, punya kelemahan pada basis dukungan Golkar yang kurang kuat.
Sedangkan pesaingnya, Akbar Tandjung yang secara resmi baru disebut oleh elit PDIP ini, memiliki hubungan yang dekat dengan Megawati. Kekuatan Akbar ada pada ketokohan, basis dukungan Golkar, ditambah jaringan HMI, kelompok Cipayung dan umat Islam.
Menurut dia, akar rumput Akbar sangat kuat. "Jika Akbar yang dipilih, Jokowi dan PDIP tidak akan kekurangan logistik. Donatur yang akan membantu pasangan Jokowi-Akbar pasti akan besar," katanya.
Perihal Mahfud, Siti menyatakan apresiasinya karena ketokohan dan kredibilitas Mahfud dalam bidang hukum juga kuat. Tetapi sayangnya, dukungan dari PKB yang akan merepotkan PDIP dan Jokowi karena Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar terus bermanuver dan belum menentukan calon PKB.
Jadi, kata Siti, Akbar dan JK kini bersiang merebut simpati dan dukungan untuk mendampingi Jokowi.