REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Said Salahudin, menilai keengganan Golkar mengevaluasi pencapresan Aburizal Bakrie (ARB) menyebabkan antusiasme partai politik lain rendah untuk bergabung dalam koalisi yang dibangun partai tersebut.
"Saya kira itu menjadi faktor utama yang menyebabkan rendahnya minat parpol-parpol lain untuk menyatu dalam koalisi itu," ujar Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan Golkar boleh-boleh saja merasa percaya diri dengan prediksi politiknya bahwa jika ARB dimajukan sebagai capres, maka ketua umum mereka itu akan dapat bersaing dengan Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
"Tetapi, logika dan perspektif dari parpol lain kan belum tentu begitu. Parpol-parpol seperti Demokrat, PKB, PAN, PKS, dan PPP, misalnya, tentu punya hitung-hitungan sendiri soal kans ARB,'' kata Said.
''Boleh jadi kalkulator partai-partai justru mengatakan kalau mendukung pencapresan ARB, maka mereka bakal keok di Pilpres nanti," kata dia.
Ia mengungkapkan alasan suatu partai bergabung dalam suatu koalisi itu kan tidak sekedar untuk berpartisipasi dalam Pilpres. Tentulah setiap parpol ingin mencapai target maksimalnya, yaitu berkoalisi dan menang.
"Nah, kalau parpol-parpol itu tidak cukup yakin dengan ARB, maka menjadi tidak mudah untuk merayu mereka bergabung dalam koalisi Golkar itu," ujar dia.