Sabtu 03 May 2014 14:51 WIB

Gagasan Revolusi Mental Jokowi Dipertanyakan

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Indira Rezkisari
Joko Widodo
Foto: Edi Yusuf/Republika
Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsep capres Jokowi, revolusi mental, menuai tanda tanya. Hal ini dinilai tidak mendasar dan tidak menyentuh persoalan bangsa. Gagasan Jokowi seperti ini dianggap bisa menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

Sekretaris Nasional Politik Rakyat, Budi Wardoyo, menyatakan pengangguran, kemiskinan, kesenjangan sosial, dan konflik komunal, tidak dapat diselesaikan dengan revolusi mental. "Revolusi mental itu makhluk apa," jelasnya, saat dihubungi, Sabtu (3/5).

Konsep ini dinilainya menggambarkan persoalan di dalam diri Jokowi sendiri. Gubernur DKI Jakarta ini dianggapnya kerap mengalami rasa pesimistis. Bagi Budi, bukan mental rakyat, tapi mental pribadi Jokowi yang harus direvolusi.

Jika nanti Jokowi terpilih menjadi presiden, maka akan membangun kabinet motivator psikologis. Nantinya akan ada menteri koordinator peningkatan optimistis.

Menteri pekerjaan umum akan diganti menjadi menteri revolusi mental. "Habis nantinya. Pembangunan infrastruktur tidak ada. Anggaran habis untuk memperbaiki mental yang tidak berdampak terhadap pembangunan," imbuhnya.

Budi mengimbau Jokowi untuk dapat membangun konsep yang menyentuh kebutuhan bangsa ini. Pembangunan infrastruktur adalah persoalan bersama.

Masih banyak daerah-daerah yang tertinggal, karena infrastruktur belum terbangun maksimal. Kalau pembangunan ini dimaksimalkan, maka pertumbuhan ekonomi akan terjadi. "Ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat," imbuhnya.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قُلْ لَّآ اَجِدُ فِيْ مَآ اُوْحِيَ اِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلٰى طَاعِمٍ يَّطْعَمُهٗٓ اِلَّآ اَنْ يَّكُوْنَ مَيْتَةً اَوْ دَمًا مَّسْفُوْحًا اَوْ لَحْمَ خِنْزِيْرٍ فَاِنَّهٗ رِجْسٌ اَوْ فِسْقًا اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَاِنَّ رَبَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Katakanlah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi – karena semua itu kotor – atau hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa bukan karena menginginkan dan tidak melebihi (batas darurat) maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang.

(QS. Al-An'am ayat 145)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement