Selasa 06 May 2014 18:03 WIB

Banyak Mesin Pemindai e-Ticketing BST Rusak

Rep: Edy Setyoko/ Red: Julkifli Marbun
Sebuah aplikasi pemindai (ilustrasi)
Foto: SNAPSHOT/REPUBLIKA.CO.ID
Sebuah aplikasi pemindai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Penerapan pembelian tiket dengan sistem elektronik guna menunjang layanan moda transportasi darat armada Batik Solo Trans (BST) belum berjalan maksimal. Menghadapi persoalan ini, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Solo bakal mengevaluasi penggunaan e-ticketing BST.

Operator BST, PT Bengawan Solo Trans dan Perum Damri akan dipertemukan dengan penyedia jasa layanan Smart Card, PT Antama. Para pemangku kepentingan moda transportasi darat di jalur ''basah'' Kota Solo itu, bakal membahas kerusakan pada sejumlah mesin pemindai e-ticketing BST.

Kepala Seksi (Kasi) Angkutan Orang Dihubkominfo Kota Solo. Taufik Muhammad, Selasa (6/5), mengakui alat e-ticketing electronic yang ada dalam armada BST sering mengalami rusak. "Kami minta penyedia jasa untuk mengkaji lagi," katanya.

Seperti diketahui, pembayaran tiket elektronik pada BST terdiri dari dua macam. Menurut Taufik, model Smart Card Single dan Reguler. Bagi penumpang dari luar kota Solo atau bukan pelanggan tetap, biasa menggunakan Smart Card Single. Pada layanan ini, tiap kali membayar dengan uang tunai akan ditukar dengan karcis elektronik.

Sedang untuk pembayaran regular bagi pelanggan tetap menggunakan tiket elektronik berlangganan. "Pengguna jasa BST bisa membeli kartu ini pada sejumlah bank rekanan BST," tambahnya.

Selama sejumlah mesin pemindai masih rusak, sistem tiket di BST menggunakan sistem manual. Taufik mengakui, dengan sistem ini pencatatan jumlah load factor penumpang menjadi kurang valid.

Seperti diketahui, mesin pendeteksi Smart Card pada armada BST banyak ditemukan rusak. Alat yang diletakkan di sebelah pintu masuk BST ini, diklaim rawan kena getaran dan guncangan mesin.

Kepala Dishubkominfo Kota Solo, Yosca Herman Soedrajat, mengungkap, sebagian pemindai e-ticketing ini sudah tidak bisa digunakan. Tercatat pada BST koridor II sekitar lima-enam pemindai rusak, dan beberapa lain juga terjadi pada bus koridor I.

Dishubkominfo bakal terus evaluasi terus. Memang, untuk sistem e-ticketing ini alatnya belum ada yang canggih. Menurut Herman, rawan kena getaran mesin dan guncangan.

Kerusakan sejumlah alat pemindai Smart Card berpengaruh pada proses penghitungan load factor armada. Yang tadinya penghitungan jumlah penumpang dilakukan secara otomatis, karena alat pemindai rusak maka sebagian penghitungan dilakukan secara manual. "Kami akan komunikasikan. Tanggung jawab alat pemindai masih pada PT Antama, rekanan pengadaan barang," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement