REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Presiden Israel, Shimon Peres, mengatakan ia nyaris mencapai kesepakatan dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, pada 2011. Tapi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memutuskan untuk menghentikan kontak diplomatik.
Di dalam satu wawancara televisi dengan Channel 2 yang ditayangkan pada Selasa malam (6/5), Peres mengatakan Netanyahu merusak potensi kesepakatan perdamaian tiga tahun lalu ketika ia dan Abbas mencapai rancangan kesepakatan mengenai hampir semua masalah.
Netanyahu meminta dia menunggu sebentar sambil melihat kesepakatan lebih apa yang dapat dirundingkan.
"Hari-hari berlalu dan tak ada kesepakatan yang lebih baik," kata Peres sebagaimana dikutip Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta pada Rabu malam. "Netanyahu menghentikan (potensi kesepakatan) itu."
Menurut Peres, rancangan kesepakatan meliputi Abbas setuju mengakui Israel sebagai negara Yahudi.
"Ia mestinya setuju mengakui negara Yahudi dan kami mestinya sepakat untuk mengakui negara (masa depan) Palestina," kata Peres.
Ia juga membantah pernyataan para menteri sayap-kanan Israel seperti Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman bahwa Abbas bukan mitra bagi perdamaian.
"Saya telah mengenal Abbas selama 30 tahun. Kebenarannya adalah ia telah memerangi teror dengan sumber daya yang ia miliki," kata Peres. "Ia berbicara mengenai perdamaian dan membuat pernyataan yang berani."