REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Warga Kabupaten Sleman yang tergabung dalam Kelompok Mina Wahyu Sejati di Dusun Karanganyar RT 06/34 Tirtomartani, Kalasan membudidayakan lele dengan masa panen hanya 45 hari. Pembudidayaan lele tersebut menggunakan bio enzim yang menambahkan vitamin di kolam ikan.
Pembudidayaan lele dengan bio enzim tersebut panen perdana pada Jumat (9/5). Warga memanen dari 14 ribu benih ikan yang ditebar di salah satu kolam. Disaksikan perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Pemerintah Kabupaten Sleman, warga memanen sekitar 1 kuintal lele.
Dengan luas lahan 4.000 meter persegi, kelompok perikanan tersebut membuat 30 kolam ikan. Ketua Kelompok Mina Wahyu Sejati, Suparno mengungkapkan pembudidayaan lele dengan bio enzim memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan pengembangan biasa. "Kami bisa panen lebih cepat dari normalnya tiga bulan," ungkapnya ditemui di Kalasan, Jumat (9/5).
Masa panen yang lebih cepat membuat pakan lebih hemat. Volume pakan bisa ditekan hingga setengah dari jumlah normal. "Bobot lele juga lebih berat," ujar Suparno.
Pemberian vitamin pada lele pun membuat tingkat kematian lebih rendah. Tingkat kematian bisa ditekan hingga di bawah 1 persen. Padahal, biasanya tingkat kematian lele bisa mencapai lebih dari 3 persen.
Pembudidayaan lele dengan bio enzim, terang Suparno, berbeda dari dari pembudidayaan biasa. Selain pemberian vitamin, lele hanya dikembangkan di air bersih. "Meski lele bisa hidup di air kotor, kami hanya memakai air bersih," ujarnya.
Budidaya lele di Kalasan tersebut dilakukan secara swadaya dari 30 anggota kelompok. Pembuatan kolam sudah dilakukan sejak lima tahun lalu. Namun, warga mengaku selalu merugi sebelum menggunakan sistem bio enzim. "Setelah rugi terus, kami mendapat pelatihan," ujarnya.