Oleh: Syahruddin El-Fikri
Karya sastra Arab-Melayu telah menyebar ke berbagai belahan dunia. Jumlahnya diperkirakan mencapai 10 ribu judul.
Masuknya Islam ke Indonesia—yang menurut sebagian orang diperkirakan pada abad ke-13 M—telah menandai perubahan besar dalam khazanah kebudayaan di bumi Nusantara.
Agama Islam yang dibawa para imigran (pedagang, ulama, dan intelektual Muslim) Arab juga turut memengaruhi penggunaan bahasa (baik secara lisan maupun tulisan) dalam pergaulan sehari-hari.
Kebiasaan tulis-menulis pun mulai dilakukan. Menurut Syamsul Hadi, guru besar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, bahasa Arab merupakan awal mula masyarakat Indonesia menggunakan kebiasaan tulis-menulis.
Hal yang sama juga diungkapkan guru besar sastrawan Abdul Hadi WM. Menurut Abdul Hadi, tulisan Arab dalam bahasa Melayu yang digunakan masyarakat di Nusantara bisa dikenali melalui penemuan prasasti atau batu bertulis yang terdapat di Kuala Berang, Terengganu, pada abad ke-13 M atau abad ke-7 H.
“Jauh sebelum masyarakat mengenal huruf Latin, masyarakat Indonesia telah mengenal huruf Arab,” ujarnya. Karena itulah, tak heran bila pada sekitar abad ke 14-19 M, banyak karya-karya ulama di Nusantara yang ditulis dalam bahasa Arab-Melayu.
Seperti diungkapkan Abdul Hadi, seorang ulama di Nusantara baru diakui keulamaannya apabila menguasai tiga bahasa sekaligus, yaitu Arab, Melayu, dan daerah (Jawi, Sunda, Bugis, Banjar, dan lainnya). Ketiga bahasa tersebut dibuktikan dengan dituliskannya dalam sebuah karya (kitab).