Belajar terbuka
Ada tokoh Muslim yang cukup menarik untuk dijadikan contoh keterbukaan sikap terhadap warisan budaya lain. Ia adalah Syihabuddin Suhrawardi.
''Dia menjelajahi sudut-sudut negeri Persia dan mengungkapkan hikmah Persia. Dia menyusuri pelosok-pelosok Anatolia dan Syria. Dia mendatangi kota-kota besar di wilayah Islam dan berbincang dengan para filsuf pecinta hikmah Yunani,'' tulis Jalaluddin Rakhmat dalam Islam Aktual.
Sikap semacam itu selazimnya menjadi teladan bagi umat Islam di jaman sekarang. Alquran pun menuntun umat Islam ke arah perenungan sejarah dan mempelajari hukum jatuh bangunnya bangsa-bangsa sebelumya untuk mengambil hikmah.
Dalam Surah Alhajj ayat 46, Allah berfirman, ''Maka, apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar.''
Islam adalah agama yang mengajarkan keterbukaan, terutama dalam mengambil hikmah. Kepada para murid dan sahabatnya, Ali bin Abi Thalib RA berkata, ''Hikmah itu barang berharga yang hilang dari seorang Mukmin. Karena itu, di mana pun orang Mukmin menemukan hikmah, ia akan memungutnya. Ambillah hikmah itu walaupun dari orang munafik.''
Alquran, sunah Nabi Muhammad SAW, dan kata-kata bijak para sahabat, jika hanya dipahami secara harfiah, tentu tidak membawa perubahan apa-apa. Mewujudkan tuntunan kitab suci ke dalam kehidupan nyatalah yang bisa mengubah sejarah, sebagaimana yang dilakukan para tokoh Muslim di era kejayaan Islam.