REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak, Nouri Maliki memenangkan pemilihan umum nasional di Irak. Hasil pemilu awal pada Senin (19/5), menunjukan koalisi Maliki memenangkan setidaknya 94 kursi parlemen.
Keunggulan Maliki saat ini membuat pukulan besar pada kubu Sunni dan Kurdi, yang menentangnya untuk melanjutkan pemerintahan Irak untuk ketiga kalinya. Maliki memenangkan lebih dari dua kali lipat jumlah kursi yang didapatkan rival utamanya, Gerakan Muqtada Sadr dan Dewan Agung Islam Irak (ISCI). Gerakan Muqtada Sadr mendapat sebanyak 28 kursi parlemen, sedangkan ISCI 29 kursi.
Maliki mendapatkan sebesar 1,074 juta suara, yang mana berasal dari Kota Baghdad saja. Hal ini tentu membuat para pesaing Maliki semakin sulit untuk mengunggulinya di Pemilu Irak.
Para pesaing Maliki sebelumnya juga pernah mengatakan jika Maliki bukanlah pilihan dari kelompok Syiah, yang menjadi mayoritas di negara tersebut.
Dua pesaing utama Maliki yang lain yaitu Kurdi, hingga saat ini telah memperoleh 62 kursi. Sunni, juga saat ini memenangkan setidaknya 33 kursi. Sebuah blok sekuler yang mengikuti pemilihan juga mendapatkan sebanyak 21 kursi parlemen.
"Posisi Maliki saat ini sangat kuat untuk memenangkan pemilu secara resmi," ujar Muwafak Al Rubaie, mantan Penasehat Keamanan Nasional Irak.
Muwafak juga merupakan kandidat yang diusung oleh Maliki untuk menduduki jabatan politik pada pemerintahan berikutnya. Ia juga mengatakan jika Maliki mempunyai pengalaman yang tinggi sebagai perdana menteri, yang mana ia juga pernah menjabat Panglima tertinggi angkatan bersenjata Irak.