REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ikatan Sosiolog Indonesia merekomendasikan agar dalam Pemilu Presiden 2014 masyarakat memilih pemimpin yang merangkul dan bersandar pada "people power" atau kekuatan rakyat.
"Jangan terulang lagi muncul pemimpin yang otoritarian, meskipun dikemas dalam kemasan baru," kata Ketua Nasional Ikatan Sosiolog Indonesi (ISI), Dwia Aries Tina Palubuhu saat ditemui seusai Konferensi Nasional Sosiolog III di Universitaas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu (21/5).
Menurut Dwia yang juga Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu, masyarakat harus dapat menangkap klu yang diberikan masing-masing capres dalam penyampaian kampanye. Presiden mendatang, menurut dia, jangan sampai memiliki pola kepemimpinan yang kohesif, kaku, dan memprioritaskan elit partai politik pengusungnya saja dalam mengambil kebijakan, melainkan kepemimpinan yang lues yang berorientasi pada suara rakyat.
Sejak awal, kata dia, masyarakat harus dapat mengkritisi apakah proses pencapaian kekuasaan calon bersangkutan berpotenasi transaksional atau tidak. Praktik politik transaksional hanya akan memunculkan pola pemerintahan yang pragmatis. "Memang partai politik akan selalu menjadi kendaraan politik secara formal, tapi kita harus melihat apakah jalur yang dia pakai adalah jalur yang masif, dan berlandas pada people power. Kalau demikian maka itu yang kita pilih," tuturnya.
Sementara itu, sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sudjito dalam kesempatan yang sama mengatakan praktik politik di Indonesi masih belum dapat menjadi contoh. Elit partai masih sering memposisikan politik sebagai komoditas. Masyarakat, menurut dia, jangan sampai terkecoh dengan kemungkinan penggiringan isu politik menuju politik identitas.
Menurut Arie saat ini Indonesia sadang bertarung melawan kapitalisme global, sehingga jangan sampai dibenturkan dengan persoalan identitas agama, suku, rasa atau identitas lainnya dalam muatan kampanye. "Pilpres mendatang bukan sekedar pilpres, tapi pemilihan pemimpin. Memilih presiden itu gampang tapi preasiden belum tentu saorang pemimpin," kata Arie.