REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Pengawal Nasional Tunisia telah menangkap delapan tersangka yang datang dari Libya dan diduga merencanakan "serangan teror" terhadap lokasi strategis di Tunisia, kata Kementerian Dalam Negeri pada Rabu (21/5).
Semua tersangka tersebut dilaporkan dilatih dalam menggunakan senjata dan membuat peledak guna memimpin "kegiatan teror", kata kementerian itu.
Di dalam pernyataan tersebut, kementerian itu juga menyeru semua warga agar tetap berhati-hati dan bekerja sama dengan pasukan militer dan keamanan untuk memerangi ancaman serupa.
Kementerian Pertahanan Tunisia kembali telah menyatakan perbatasan Tunisia-Libya tetap aman dan terkendali, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. Namun kementerian tersebut tidak membantah keprihatinan mengenai bertambahnya pengungsi Libya dan potensi ancaman keamanan seperti kegiatan teror.
Pada Selasa (20/5), Menteri Luar Negeri Tunisia Mongi Hamdi menyampaikan keprihatinan mengenia situasi saat ini di Libya, dan mendesak Pemerintah Libya agar menemukan penyelesaian yang tepat bagi diplomat Tunisia yang diculik di Tripoli.
Selama pertemuan dengan Konsul Libya di Tunis Abdelrazzak Boussina, Hamdi mengatakan situasi di Libya saat ini akan memiliki dampak yang tak terelakkan pada ekonomi dan keamanan di Tunisia.
Ketegangan telah meningkat di Libya setelah banyak pejabat militer dan anggota milisi menjanjikan kesetiaan mereka kepada Jenderal Khalifa Haftar, yang memainkan peran penting dalam menggulingkan pemimpin Libya Muammar Gaddafi. Haftar sekarang melancarkan perang melawan pasukan parlemen Libya di Tripoli dan berusaha memaksa Kongres Nasional Umum meletakkan jabatannya.