REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina memberi peringatan kepada Jepang untuk tidak terlibat dalam sengketa Laut Cina Selatan pada Jumat. Sementara itu, Filipina menuduh Cina menunda-nunda pembicaraan untuk membahas solusi terbaik atas permasalahan ini.
Cina mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan. Pihaknya pun menolak klaim dari negara tetangganya atas perairan ini, seperti Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia, dan Brunei. Sedangkan, Cina juga bersengketa dengan Jepang atas pulau-pulau di Laut Timur.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Kamis menyatakan keprihatinannya atas ketegangan regional dimana Cina telah melakukan pengeboran minyak di perairan yang disengketakan. Langkah ini pun dikecam oleh Filipina, Vietnam, dan Amerika Serikat.
"Pernyataan Jepang mengabaikan kenyataan dan mengaburkan fakta, serta memiliki motif politik untuk mengganggu situasi di Laut Cina Selatan untuk tujuan yang dirahasiakan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hong Lei seperti dikutip Reuters.
"Kami memerlukan pihak Jepang untuk mengambil tindakan secara realistis dan konsisten untuk melindungi perdamaian dan stabilitas daerah," tambahnya.
Sementara itu, Filipina menyalahkan lambatnya pembicaraan untuk mengakhiri perselisihan. Filipina pun mendorong diberlakukannya 'kode etik'. "Kode etik telah lama ada, kami telah membahasnya selama tujuh atau delapan tahun, dan kami juga heran mengapa bisa ditunda," kata Wakil Menteri Luar Negeri Filipina, Laura del Rosario.
Sedangkan, sumber dari diplomatik Malaysia menyebutkan Cina sengaja memperlambat pembicaraan. "Cina enggan untuk membicarakan tentang kode etik," katanya.