REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali menyatakan bahwa kudeta militer yang terjadi di Thailand menguntungkan pariwisata di Bali karena situasi di negeri itu akan membuat sebagian besar wisatawan mengalihkan kunjungannya ke Pulau Dewata.
"Tentunya Bali akan mendapatkan limpahan wisatawan mancanegara yang mengurungkan niatnya berwisata ke Thailand," kata Ketua GIPI Bali, Ida Bagus Ngurah Wijaya, di Denpasar, Senin.
Selama ini sejumlah destinasi wisata di negeri yang kini pemerintahannya diambil alih oleh militer tersebut, bersaing dengan Pulau Dewata salah satunya wisata pantai.
Ngurah Wijaya menjelaskan bahwa saat ini di Thailand juga terjadi "low season" atau pariwisata yang sedang sepi.
Namun ia menyakini meskipun kudeta militer tersebut berpusat di Bangkok, ibu kota negara itu, namun hal tersebut tetap berpengaruh dan memberikan keuntungan tersendiri bagi kunjungan wisatawan mancanegara yang mengalihkan rutenya ke Bali.
Ia mencontohkan wisatawan Cina yang banyak berlibur ke Thailand dan Vietnam diharapkan sebagian besar bisa mengalihkan kunjungannya ke Pulau Dewata.
"Wisatawan Cina sedang banyak-banyaknya berwisata ke Bali. Apalagi di Vietnam kini ada aksi antiCina," ujar pelaku pariwisata itu.
Namun ia belum tahu berapa jumlah "limpahan" turis asing akibat kudeta militer tersebut karena hal itu baru bisa diketahui sekitar bulan Juni.
"Kita tentunya tidak mengharapkan terjadinya kekacauan keamanan di suatu negara. Tetapi kudeta militer itu ternyata memberi nilai bagi kunjungan wisman ke Bali," imbuhnya.
Seperti diberitakan sejumlah media, akibat kudeta militer di negeri Gajah Putih itu, sedikitnya sudah ada 45 negara di seluruh dunia yang mengeluarkan peringatan perjalanan atau "travel warning".
Praktis hal tersebut dinilai akan mempengaruhi dunia pariwisata mengingat isu keamanan sangat rentan terhadap perkembangan destinasi wisata suatu negara.