Rabu 28 May 2014 14:48 WIB

Sadis, Keluarga Lempari Anak Gadisnya dengan Batu Hingga Tewas

Rep: C60/ Red: A.Syalaby Ichsan
Farzana Parveen
Foto: article.wn.com
Farzana Parveen

REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE, PAKISTAN -- Seorang perempuan hamil dilempari batu oleh keluarganya sendiri hingga tewas lantaran menikahi pria tanpa restu. Peristiwa tersebut terjadi di luar kantor pengadilan Lahore, Pakistan, Selasa (27/5).

Farzana Parveen (25 tahun) dibunuh saat berjalan menuju pintu pengadilan untuk menghadiri sidang gugatan penculikan yang diajukan keluarga terhadap suaminya.

Ayah Parveen langsung ditangkap dengan dakwaan pelaku pembunuhan. Polisi Pakistan, Rana Mujahid mengatakan, pihak kepolisian Pakistan sedang bekerja keras untuk menangkap siapa saja yang terlibat dalam kejahatan yang teramat keji ini.

Perjodohan merupakan kebiasaan di dalam kebudayaan kaum konservatif Pakistan. Setiap tahun, ratusan wanita dibunuh oleh suami dan keluarganyaa sendiri demi sesuatu yang disebut kehormatan atas tuduhan perzinahan dan perilaku seksual terlarang lainnya.

Namun, melempar batu di tengah umum merupakan kejadian yang sangat jarang terjadi. Peristiwa nahas pada Selasa (27/5), terjadi di depan kerumunan banyak orang di siang hari bolong. Penyerangan ini terjadi tepat di luar pengadilan yang terletak di jalan raya di pusat kota Lahore.

Kuasa hukum Parveen, Mustafa Kharal mengatakan, Ayah Parveen, Mohammad Azeem, telah mengajukan gugatan terhadap Iqbal dengan tuduhan penculikan. Parveen datang mendampingi suaminya ke pengadilan.

"Parveen sedang hamil tiga bulan," kata Mustafa Kharal, Selasa (27/5).

Kharal menjelaskan, sekitar 20 anggota keluarga Parveen, termasuk ayah dan saudaranya telah menunggu di luar kantor pengadilan tingg Lahore. Sebagaimana pasangan, Parveen dan suaminya  berjalan bersama menuju gerbang utama. Begitu pasangan itu tiba, keluarga melepas tembakan ke udara dan mencoba memisahkan Parveen dari Iqbal.

Ketika Parveen menolak dan tetap ingin bersama Iqbal, mulailah ayah, para saudara dan anggota keluarga lainnya memukulinya. Hingga pada akhirnya mereka melemparinya dengan batu bata yang terdapat pada konstruksi di samping kantor pengadilan. Hingga akhirnya sang istri terbunuh.

"Kami saling mencintai," ujar Iqbal kepada the Associated Press.

Penyidik kepolisisan Pakistan, Naseem Butt mengatakan, Ayah Parveen menyerah setelah penyerangan terhadap Parveen. Namun, ayah Parveen  mengatakan bahwa pembunuhan anak perempuannya merupakan pembunuhan demi kehormatan.

"Saya membunuh anak saya karena dia telah menghina keluarga dengan menikahi pria tanpa restu kami. Saya tidak menyesal dengan kejadian ini," kata polisi, menirukan ucapan Nazeem. Komisi Hak Asazi Manusia Pakistan dalam sebuah laporan mengatakan, telah terjadi 869 terhadap wanita "demi kehormatan".

Namun, aktivis HAM pakistan, Zia Awan tetap merasa terheran-heran dengan kejadian tersebut. Sebab kejadian seperti itu terjadi di depan kantor pengadilan, di siang hari.

 "Saya belum pernah mendengar kasus seperti itu, di mana seorang perempuan dilempar batu hingga mati. Dan yang paling memalukan sekaligus menghawatirkan adalah bahwa pembunuhan itu terjadi di luar kantor pengadilan," kata Zia Awan.

 Dia mengatakan, orang Pakistan yang melakukan kekerasan terhadap perempuan sering dibebaskan dari tuntutan karena polisi tidak bekerja dengan baik.

 

sumber : Associated Press
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement