Senin 02 Jun 2014 16:51 WIB

Pencari Suaka Sri Lanka Bakar Diri di Australia

Membakar diri (ilustrasi)
Foto: yustisi.com
Membakar diri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Seorang pencari suaka asal Sri Lanka tewas setelah membakar diri saat menunggu keputusan visanya di Australia, kata Menteri Imigrasi Scott Morrison, Senin, dan kelompok Tamil mengatakan bahwa korban selama ini "hidup dalam ketakutan".

Leorsin Seemanpillai (29) yang tinggal di Geelong di luar Melbourne setelah mendapat visa tinggal sementara setahun lalu, mengalami luka bakar 90 persen di sekujur tubuhnya akibat insiden pada Sabtu pagi itu.

Ia meninggal pada Minggu di sebuah rumah sakit di Melbourne.

"Orang ini tewas akibat luka sangat serius akibat tindakannya sendiri," kata Morrison.

"Saya rasa kami tidak dalam posisi apapun, dan jujur, saya rasa tidak ada orang lain yang berada dalam posisi apapun, untuk membuat kesimpulan atas apa yang ada dalam pikiran seseorang dalam situasi tersebut."

Aran Mylvaganam dari Dewan Pengungsi Tamil yang mendampingi Seemanpillai saat dirawat di rumah sakit dan telah mengenal korban selama setahun mengatakan, ia "hidup dalam ketakutan luar biasa" jika dipulangkan ke Sri Lanka, dan yakin bahwa di sana nyawanya berada dalam bahaya.

"Saya melakukan beberapa percakapan dan ia berulangkali mengungkapkan kekhawatiran akan dideportasi ke Sri Lanka," kata Mylvaganam kepada AFP.

Ia menambahkan bahwa kekhawatiran Seemanpillai muncul setelah ia melihat teman-temannya diambil dari komunitas di rumah detensi untuk dideportasi.

"Petugas-petugas imigrasi dalam banyak kesempatan melecehkannya dan mereka menginginkan dia meninggalkan tempat ini secara sukarela," katanya.

"Tidak diragukan lagi bahwa kebijakan pemerintah Australia yang kejam dan tidak berperikemanusiaan telah mendorongnya untuk melakukan hal itu. Ini bukan pilihan dia."

Morrison mengatakan Seemanpillai "tidak diberi petunjuk apapun bahwa ia akan dipindahkan atau bahwa ia tidak diakui sebagai pengungsi atau apapun yang ia tahu."

Seemanpillai yang masuk ke Australia dengan kapal pada Januari 2013 mendapat rawatan kesehatan mental dan permintaan status pengungsinya masih dalam proses, imbuh Morrison.

"Saya juga bisa katakan bahwa kontak terakhir dengan Seemanpillai adalah pada Jumat (30/5) dan saya nyatakan tidak ada kekhawatiran atau indikasi keinginan bunuh diri ... pada saat itu," katanya.

Ia menambahkan pihak berwenang telah menghubungi ayahnya di India, yang meminta agar anak lelakinya itu bisa dikuburkan di Geelong.

Meski banyak manusia perahu yang tiba ke Australia melalui Indonesia, sebagian mencoba rute yang sulit dari Sri Lanka, negara di mana mereka mengaku dianiaya atas konflik separatis Tamil.

Australia memulangkan puluhan warga Sri Lanka yang mencoba masuk ke negara tersebut secara ilegal.

Kematian Seemanpillai terjadi setelah para pegiat mengatakan tujuh pencari suaka warga Iran menjahit mulut mereka pada Minggu dalam aksi mogok makan di sebuah rumah detensi di Pulau Christmas di Lautan Hindia.

Para pegiat mengatakan sekitar 400 pencari suaka menolak makan sebagai bagian dalam protes menentang kematian warga Iran Reza Barati yang tewas dalam kerusuhan tahun ini di rumah tahanan Australia di Pulau Manus, Papua Nugini.

Morrison mengatakan protes-protes itu bukan hal luar biasa di rumah detensi dan masalah tersebut sudah ditangani.

Berdasar kebijakan ketat Australia mengenai pengungsi, pencari suaka yang tiba dengan kapal setelah Juli 2013 dikirim ke rumah tahanan di Pulau Manus atau Nauru di Pasifik untuk diproses dan penempatan permanen.

Menurut data departemen imigrasi, lebih dari 24 ribu pencari suaka tinggal di Australia dengan visa sementara sama seperti yang digunakan oleh Seemanpillai.

Sebanyak 2.450 pencari suaka lain ditahan di Pulau Nauru dan Manus dan 823 lainnya ditahan di Pulau Christmas.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement